Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Wijaya

Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo

Peta Koalisi Pilpres 2024: Antara Harapan dan Kenyataan

Diperbarui: 21 Agustus 2023   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2024 semakin mendekat, dan seperti biasanya, suasana politik di tanah air semakin memanas. Ratusan partai politik tampaknya telah mengalami perubahan cepat dalam semalam–mereka bergabung, bubar, berubah logo, dan beberapa mungkin juga berubah nama menjadi hal yang lebih rumit dan tidak masuk akal. Selamat datang di dunia politik Konoha, di mana peta koalisi pilpres mengingatkan kita pada permainan penuh intrik yang beralih antara harapan dan kenyataan.

Pertama-tama, kita punya Partai Energi Nasional (PEN), yang entah bagaimana tetap eksis meski nama partainya sudah mirip produk Kelistrikan. PEN dengan lantang menyatakan diri sebagai garda terdepan perubahan, yang siap melaju dengan cepat ke masa depan. Terlalu cepat mungkin, karena dalam waktu seminggu mereka sudah bergabung dengan Partai Keteraturan Nasional (KTN) untuk membentuk koalisi "PAN-KTN: Kekuatan yang Teratur dan Cepat Kehilangan Arah."

Kemudian, kita memiliki Partai Nasional Anti Korupsi (PNAK), yang sayangnya terlalu jujur untuk politik ini. Mereka memiliki visi untuk memerangi korupsi dengan membuat semua anggota partainya mengenakan kostum superhero tanpa dompet atau rekening bank pribadi. Namun, dalam upaya memperluas basis dukungan, PNAK bergabung dengan Partai Koruptor Lama (PKL), membentuk aliansi "PNAK-PKL: Melawan Korupsi dengan Mengambil Alih."

Tidak bisa dilupakan adalah Partai Ideologi Sosial (PIS), yang identitasnya seakan-akan dirancang oleh generator kata acak. Mereka mengklaim memiliki panduan ideologis yang revolusioner, tetapi isinya terutama berisi kalimat "untuk mencapai keadilan sosial, kita akan mengadakan pertemuan komite lebih lanjut." PIS bergabung dengan Partai Pragmatis Realita (PPR) untuk membentuk koalisi "PIS-PPR: Meraih Keadaan Sosial dengan Realitas Pragmatis."

Tentu saja, tidak akan ada drama tanpa kehadiran Partai Sentimen Nostalgia (PSN), yang selalu merindukan masa lalu yang entah kapan terakhir kali ada. Mereka mengklaim bahwa solusi untuk semua masalah adalah mengembalikan teknologi zaman dahulu, seperti pita kaset dan ponsel dengan antena panjang. PSN dengan penuh haru bergabung dengan Partai Teknologi Futuristik (PTF), membentuk aliansi "PSN-PTF: Melangkah Maju dengan Pandangan Mundur."

Terakhir, tetapi tidak kalah menariknya, adalah Partai Eksperimental Ekonomi (PEE), yang sepertinya tidak punya masalah dengan mengambil risiko besar di bidang ekonomi. Mereka berencana menerapkan ide-ide ekonomi kontroversial seperti menukar uang dengan kacang sebagai mata uang resmi. PEE kemudian berkoalisi dengan Partai Konservasi Kacang (PKK), membentuk aliansi "PEE-PKK: Menukar Ekonomi dengan Kacang."

Demikianlah peta koalisi pilpres 2024, di mana harapan dan kenyataan berbaur dalam semacam karnaval politik yang tidak kalah menarik dari drama sinetron populer. Dalam tengah riuhnya keramaian, mari kita ingat bahwa di balik satir ini, ada tanggung jawab serius yang harus diemban oleh pemimpin yang dipilih. Semoga pilihan rakyat nantinya menghasilkan pemimpin yang dapat membawa harapan dan kenyataan dalam arah yang lebih baik untuk Konoha.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline