Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Beragam Menu Berbuka di Ampel Kembang yang Legendaris

Diperbarui: 17 April 2021   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis di Ampel Kembang. foto:dok pribadi

Sabtu (17/4/2021) di Ampel Kembang. Kampung penuh sejarah. Di ujung gang, ada spot kuliner. Menikmati aneka kuliner khas Arab dan Madura. Nasi mandi, nasi serpang madura, bahagil, ayam adun, empal bakar, bebek bumbu rempah, dan lainnya. Juga ada berbagai jajanan seperti sambosa, ote-ote, dadar gulung, pisang goreng, lumpia, risoles, kue lumpur, dan masih banyak lagi. Benar-benar menggoyang lidah.

Entah sudah berapa puluh tahun bisnis keluarga ini dijalankan. Kabarnya omzetnya mencapai belasan juta sehari. Yang menarik, mayoritas menu yang dijual disuplai sejumlah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan katering di Surabaya. Pemiliknya hanya menyediakan lapak dan minuman saja.  

Salah satu produk unggulan di Ampel Kembang adalah es permen karet. Menu ini viral di media sosial. Ini setelah sejumlah Youtuber memposting es permen karet tersebut. Lantaran es permen karet ini pula, pembeli Ampel Kembang jauh lebih beragam. Sebelumnya, pembeli Ampel Kembang yang paling banyak dari kalangan orang tua, tapi sekarang kalangan muda bahkan anak-anak justru mendominasi.


Ampel Kembang juga telah membuka cabang. Tepatnya di Jalan Sidodadi, Surabaya (sekitar 1,5 km dari Ampel Kembang). Menu-menu yang dijual hampir sama. Di tempat baru tersebut, jumlah pembelinya juga tak kalah padat. Jika Anda berkunjung di sana harus sabar untuk mencari tempat parkir.

Ampel Kembang di Jalan Sidodadi, Surabaya.foto:dok pribadi

Di bulan Ramadan ini, Ampel Kembang buka mulai pukul 15.00 sampai 03.00 dinihari. Hari Minggu tidak buka.          

Ampel Kembang yang selalu merindukan. Tempat yang legendaris. Kawasan yang hidup dengan rona kehidupan penuh semangat. Bergairah. Menatap asa tanpa kecemasan. Banyak tokoh Surabaya yang kini bermukim di kota-kota lain di Indonesia kerap mampir di sana. Mereka bukan hanya bernostalgia, tapi juga memenuhi dahaga batin dengan penuh keceriaan. (agus wahyudi)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline