Lihat ke Halaman Asli

Agus Tomaros

Pemerhati Sejarah

Wanita dan Ambisi Berkuasa di Balik Perang Troya

Diperbarui: 3 September 2022   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tentara gabungan kerajaan Yunani di Troya. Sumber: Troy (2004)

Sejarah telah mengurai banyak kisah yang jika dirangkai akan ditemukan penggeraknya tidak lain adalah harta, tahta atau wanita. Motif ini akan terus berulang hingga roda sejarah berhenti dengan sendirinya. 

Begitupun kisah Perang Troya yang telah disinggung sebelumnya. Motif utamanya adalah perselingkuhan pangeran Troya bernama Paris dengan istri raja Sparta bernama Helen. 

Raja Sparta murka karena harga dirinya dirusak oleh sang pangeran Sparta yang sempat dipercayainya. Ia segera menghimpun kekuatan dari beberapa raja dan pangeran Yunani yang pernah membuat kesepakatan akan melindungi pernikahan Helen dengan pria yang dipilihnya. Raja Sparta, Menelaus juga tentu saja meminta bantuan dari saudaranya bernama Agamemnon, Raja Mycenia.

Agamemnon yang sebelum kejadian perselingkuhan Paris-Helen memang telah berambisi menaklukkan Troya tentu menyambut ajakan ini, apalagi kali ini bersamanya bergabung kekuatan banyak raja dan pangeran Yunani. Tidak kurang 1.000 kapal dan 50.000 pasukan bergabung bersamanya. Ia harus memanfaatkan peluang ini.

Meski demikian, Agamemnon diingatkan bahwa Troya tidak mudah dikalahkan. Bentengnya tidak hanya terkenal kokoh tetapi mereka juga punya Hector, perwira tangguh bersama prajurit pilihannya di Timur. Penasihat lalu menyarankan ke Agamemnon agar mengajak Achilles.

Sang prajurit pilih tanding ini sempat bimbang. Ia tidak simpati dengan Agamemnon karena ambisinya berkuasa. Kebimbangannya ini dicurhatkan pada ibunya. Ibundanya memberinya dua pilihan. 

Pertama, ia dapat memilih hidup damai bersama keluarganya tetapi akan dilupakan oleh sejarah. Kedua, ia menerima tawaran ini dan namanya akan dikenang oleh sejarah tetapi bersamaan dengan itu hidupnya akan berakhir. 

Prajurit terbaik Yunani ini memilih pilihan kedua. Achilles mewakili ambisi yang lain lagi. Bukan motivasi wanita atau kekuasaan yang menggerakkan langkahnya tetapi motivasi kehormatan.

Meski demikian, dikisahkan kemudian bahwa setelah Achilles menjadi tokoh utama kemenangan Sparta, hidupnya berakhir di tangan Paris saat ia hendak merebut kembali wanita idaman hatinya bernama Briseis. 

Wanita yang telah bersama dengannya sebelum Perang Troya, tetapi sempat diberinya izin kembali ke Troya. Sang putri membencinya karena ia bukan hanya membunuh Hector tetapi juga memperlakukan mayat sepupunya dengan kejam dengan cara ditarik dengan kereta kuda hingga ke markas mereka. Saat Achilles berhasil menemukan Briseis di tengah kecamuk perang inilah Paris memanahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline