Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Wahyono

TERVERIFIKASI

Penganggur

Duel yang Tidak Sebanding

Diperbarui: 20 Februari 2019   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Debat II Pilpres 2019 (17/2) benar-benar menampilkan realitas atas kualitas masing-masing konstestan. 01/Petahana/Joko Widodo. 02/Penantang/Prabowo Subianto.

Debat (debate; sawala) bukanlah diskusi, dialog, adu lucu, dan lain-lain. Debat itu seumpama duel. Ya, Debat II (17/2) bisa seumpama duel.

Dengan kata "duel", mau-tidak mau, sebagian orang tua langsung terbayang film-film bertema "Koboi" pada era 1960-an dan 1970-an. Misalnya "A Fistful of Dollars", "For A Few Dollars More", "The Good, The Bad, and The Ugly", "Django", "One Damned Day at Dawn", "Once Upon a Time in the West", dan lain-lain.

Biasanya duel paling seru-menegangkan dalam film koboi merupakan adegan pamungkas antarjagoan (jagoan protagonis dan jagoan antagonis). Pada kesempatan duel kedua jagoan harus benar-benar mampu memanfaatkan senjata, kecepatan, dan keakuratan dalam waktu yang benar-benar kritis. 

Dan, meski jagoan protagonis selalu menang, pada saat duel paling mendebarkan adalah ketika kedua jagoan senjata genggam (handgun) bernama revolver--berbeda dengan pistol.

Dalam debat, senjata kedua jagoan bernama kepala. Kepala sebagai revolver (senjata), mulut sebagai muzzle (lubang laras), otak sebagai cylinder (silinder atau tempat peluru), dan kata-kata (gagasan) sebagai peluru.

Ketika duel, eh, debat dipertontonkan melalui layar kaca, siapa yang sebenarnya cocok disebut sebagai "Joe-Ramon Rojo" atau "Django-Jackson", para penonton bisa temukan sendiri. Aduhai sekali, ada Django di Indonesia!

Sementara jadwal debat beserta temanya telah disampaikan oleh Ketua KPU Arief Budiman pada 19 Desember 2018. Dengan adanya jadwal beserta tema-temanya, paling tidak, masing-masing kontestan bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Tim kedua kontestan, yang terdiri dari orang-orang pintar, pasti sudah piawai dalam persiapan materi sekaligus pelatihan untuk menguji kontestan masing-masing sebelum maju dalam pertandingan debat. Seperti halnya jagoan film koboi yang tidak terlihat ketika belajar dan berlatih, ya, persiapan kedua jagoan bernomor 01 dan 02 pun tidak perlu diperlihatkan.

Akan tetapi, sepakat atau tidak, debat yang semula ditunggu oleh para pemirsa dengan berdebar-debar sebab bisa mirip duel dua jagoan tersebut malah mempertontonkan sebuah pertandingan yang tidak sebanding di antara kedua kontestan. Padahal, berskala nasional, berkaliber kepala negara sekaligus bertaraf internasional dan disaksikan oleh ratusan juta pasang mata justru tertayang sebuah perdebatan yang sangat kontradiktif secara kualitas. Ratusan pasang mata hanya menonton sebuah duel yang dilakoni oleh dua jagoan yang tidak sebanding.

Ya, sepakat atau tidak, kedua jagoan tidak sebanding. Kalau Jagoan 01 berusaha memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya, tidaklah demikian dengan Jagoan 02, bahkan seakan "menyerah" seraya berkata, "Saya kira cukup, ya. Untuk apa bertele-tele lagi."    

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline