Lihat ke Halaman Asli

Agustina Purwantini

TERVERIFIKASI

Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Membuat Semangat Sustainable & Responsible Travel Terserap Hingga Tulang Sumsun

Diperbarui: 17 April 2023   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Agustina

Entah kurat atau tidak, entah valid atau tidak, ataukah ini hanya perasaan saya belaka ...

Fakta membuktikan. Ketika memperbincangkan sustainable & responsible travel orang cenderung berpikir tentang destinasi wisata yang di sono-sono. Spot-spot indah alami nan memikat hati, tetapi berlokasi nun jauh di sana.

Begitu mendengar atau membaca tentang sustainable & responsible travel, seketika yang terbayang di benak adalah destinasi-destinasi wisata premium di Indonesia. Misalnya Danau Toba, Likupang, Raja Ampat, dan sederet destinasi menawan lainnya.

Sungguh. Sama sekali tak ada yang salah dengan hal itu. Normal adanya mengingat tempat-tempat tersebut memang kerennya tak kaleng-kaleng. Elok. Berkelas dunia. Sangat layak menjadi ikon Bangga Berwisata di Indonesia saja.

Akibatnya sekian banyak destinasi wisata lain, terutama yang tidak dilabeli premium, seolah-olah terlupakan. Seperti tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan ide sustainable & responsible travel.

Sementara mestinya, ide keren tersebut meliputi semua destinasi wisata 'kan? Melibatkan juga siapa pun yang menjadi pelaku pariwisata. Bahkan secara umum, juga melibatkan masyarakat semua lapisan. Kita semua.

Sustainable & responsible travel itu 'kan intinya mengampanyekan perjalanan wisata alam yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Tidak meninggalkan sampah dan problema sosial seusai agenda berwisatanya.

Kalau lebih diperjelas, orang-orang diminta menjaga kelestarian alam saat berwisata. Jangan sampai niat berwisata alam malah ujungnya merusak alam. Merusak pula kebudayaan setempatnya.

Namun, apa boleh buat? Mungkin gara-gara istilahnya dalam bahasa Inggris. Sustainable dan responsible Travel. Jadi, kalangan menengah ke bawah cenderung merasa berjarak.

Bagaimana tidak berjarak, kalau ternyata tidak paham dengan pengertian sustainable & responsible travel? Nah, lho.

Heran juga sih, ya. Mengapa tidak terjemahannya saja yang lebih digaung-gaungkan? Ketimbang istilah asingnya, yaitu sustainable & responsible travel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline