Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Kisah Pohon Kelengkeng Kami

Diperbarui: 27 Juli 2021   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sudutt dari pohon kelengkeng kami sekitar setahun yang lalu, total hampir 80 kg satu pohon. (dokumentasi pribadi)

Sejak masih kecil, ada satu cita-cita yang muncul di benak saya. Sederhana banget, nggak terlalu muluk. Cita-cita itu berupa, pingin punya rumah dan tanah yang tidak terlalu luas. Yang terpenting ada tanah untuk berkebun dan pelihara ikan. Itu saja.

Namun saat besar, cita-cita itu tak sesederhana dalam bayangan. Awal kehidupan yang harus merantau ke Timor Timur selama 10 tahun, membuat semua sulit. Demikian pula saat kembali ke Jawa, dengan kondisi ekonomi belum mapan. Alhamdulillah, akhirnya dapat membeli satu unit rumah di perumahan secara kredit.

Allah memang luar biasa dalam mengatur rezeki. Sepuluh tahun di perumahan, akhirnya bisa membeli sebidang tanah di luar perumahan. Dan atas izin Allah juga, mampu saya bangun sebuah rumah sederhana dengan menyisakan sebagian tanah untuk berkebun. Di sinilah awal mula kisah kelengkeng di rumah kami.

Pohon kelengkeng itu kami tanam sekitar sekitar 7 tahun yang lalu. Bibitnya lumayan mahal untuk ukuran saat itu, 250 ribu. Bibit itu kami beli di pembibitan yang terkenal di Salaman, sehingga ada sertifikat di pohon itu.

Waktu berjalan, tak terasa sudah 4,5 tahun. Pohon kelengkeng tumbuh dengan subur. Daun-daunnya yang lebar, khas jenis kelengkeng New Cristal sangat menggoda. 

Setiap orang yang lewat pasti memujinya. Namun satu hal yang membuat kami kecewa, tidak pernah berbuah. Padahal seharusnya usia itu adalah usia saatnya berbuah. Tinggi pohon pun ideal, sekitar 5 meter.

Kemudian datang adik dari kampung mengatakan bahwa untuk jenis New Crystal, harus di-booster. Booster sendiri banyak dijual di toko-toko pertanian. Harganya pun tidak mahal, paling sekitar 50 ribuan.

Langkah itu saya ambil, dan ternyata hasilnya luar biasa. Pada panen perdana kami, satu pohon kelengkeng hampir mencapai 80-an kilogram! Luar biasa. Saya sendiri sampai geleng-geleng kepala saat membungkusnya dengan jaring pengaman. Oh, ya jaring pengaman memang perlu digunakan untuk mencegah kelengkeng dijarah kalong.

Mahkota bunga kelengkeng mulai rontok setelah penyerbukan dengan bantuan serangga, akan berganti dengan bakal buah. (dokumen pribadi)

Panen perdana itu, membuat saya terlalu bersemangat. Setelah periode panen selesai, pohon saya booster lagi. Harapan panen seperti kemarin membayang. Namun apa lacur, ternyata panen kali ini gagal. Kelengkeng hanya muncul beberapa tangkai saja. Ini yang membuat saya bingung.

Setelah konsultasi dengan teman, ternyata ada kesalahan yang saya lakukan. Pertama, seharusnya setelah panen pohon harus di-prooning dulu. Atau istilah gampangnya, dipangkas dahulu batang dan rantingnya. Dan langkah yang paling ekstrim adalah memotong semua dahannya. Tujuannya agar muncul dahan dan tunas baru yang seusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline