Lihat ke Halaman Asli

Ayahku Seorang Prajurit

Diperbarui: 28 Agustus 2018   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Ramadhan di Rumah tahun 2017: (Gambar Pribadi)

Dipenghujung masa kuliah ini aku mulai berpikir tentang masa depan dan kehidupan yang lebih baik. Tentunya, aku bisa bertanggung jawab pada diriku sendiri mulai dari komitmen hingga puncak dari komitmen itu. 

Suasana Ramadhan di rumah tahun 2017: (Gambar Pribadi)

Semasa kuliah semester awal, banyak waktu yang ku sia-siakan untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat. Salah satunya adalah saat menelusuri jejak seorang gadis desa yag baru beranjak ke kota untuk kuliah. Ku incar terus sampai ke akar-akarnya, bahkan sampai di dasar akar pohon ku cari jawaban tentangnya, tapi........................

Yang ku dapat malah segenggam tanah yang di dalamnya bertuliskan "surat untuk ku" . Tiba- tiba aku tersentak, kaget melihat amplop yang di lumuri oleh tanah itu. Apalagi sampulnya bertuliskan "ku". Entahlahh.........

"Aku" nya aku ataukah "aku" nya dia, yang jelas memang belum jelas "aku" nya siapa. hehehe

Aku tak berani membuka amplop itu, dalam hatiku berkata "mungkinkah ini surat dari tanah untuk pucuk daun yang sedang tumbuh?" ahhhhhhhh.... 

Lagi-lagi aku bergurauu. Karna memang surat itu yang di tinggalkan oleh gadis desa tersebut. tapi........................ Sudahlah, tidak usah di pikirkan, yang jelasnya jawaban itu sudah ku tau. dan buktinya sampai sekarang aku masih sendiri. hehehe

Tiba di pertengahan semester pikiranku mulai muncul di permukaan, bahwa aku harus belajar.! tapii.... saat itu aku belum tau dan masih bingung ikhwal pelajaran apa yang harus ku tekuni. kebetulan Aku mahasiswa jurusan seni rupa, di salah satu perguruan tinggi yang tak lazim dengan istilah "demo anarkis" bila bercakap dengan om "google". 

Bahkan, di pasar senggol aku pernah di tanya kuliah dimana. ku jawab asal kampusku, ternyata............................... jawaban pun hampir sama dan mungkin perbedaannya sedikit "mengiris". hehehe

Sore itu, aku beranjak ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Tiba di pojok kampus entah apa yang aku pikir sehingga aku terbawa suasana, sepertinya aku sedang mencari sesuatu.... tapi belum ketemu juga. ku cari-cari dan terus mencari sampai akhirnya yang aku temukan hanya tatapan kosongku saja..... huummmm (sial)

Tiba masa di mana benih-benih cinta tumbuh saat itu. Mungkin sedikit ekstrim yaa, kenapa tidak....?? Aku adalah sosok laki-laki yang sangat penakut, apalagi dalam mengungkap perasaan pada seorang perempuan yang begitu aku kagumi. aku gugup, takut, dan badanku panas. Bahkan saat pulang aku merasa demam yang sangat tinggi, setinggi intensitas saat aku memandang wajahnya yang berseri-seri. Mungkinkah ada sekeping kaca hingga matanya begitu bersinar?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline