Mohon tunggu...
Agussalim Paradeden
Agussalim Paradeden Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Agussalim Paradeden dilahirkan di Bajo, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 1 september 1996. Menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri Bajo (2008), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Soromandi (2011) dan SMAN 3 Kota Bima (tamat tahun 2014). Melanjudkan studi di Strata 1 Universitas Muhammadiyah Makassar Konsentrasi Pendidikan Seni Rupa. Penulis sekarang aktif di beberapa organisasi, di antaranya Anggota Himpunan Mahasiswa Islam(HMI), Anggota BEM FKIP Unismuh Makassar, Anggota HIMASERA UMM, KOPA (Bima-Dompu-Makassar).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayahku Seorang Prajurit

28 Agustus 2018   15:10 Diperbarui: 28 Agustus 2018   19:56 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Ramadhan di Rumah tahun 2017: (Gambar Pribadi)

Tapi.......... Aku selau berpikir bahwa, rasa ini akan mati saat ku ungkap, karna memang tak bisa dibantah lagi bahwa bait-bait kata itu akan merusak keharmonisan imajinasiku. Apalagi kalau perempuan itu tau bahwa aku sedang jatuh cinta........... huummmm, (omong kosong). Dasar laki-laki buaya, hehehe

Seiring perjalanan waktu, aku mulai meninggalkan keharmonisan imajinasi itu, karna memang kenikmatan memilikinya hanya sementara. Entahlah, yang pastinya aku masih normal pada kondisiku saat ini. 

Aku mulai jatuh cinta pada organisasi, kala itu aku tertarik untuk masuk di salah satu organisasi kemahasiswaan yang memang dalam stigma bahwa ini organisasi "gila", setelah aku selesai di training aku menyimpilkan bahwa "gila" itu adalah diriku sendiri, yang hanya bisa menjastis tanpa tau silsilah dan aktifitas yang ada di dalam organisasi itu. 

Oleh sebabnya, aku semakin jatuh cinta dan semakin diyakinkan dengan sesuatu yang baru. Seakan aku diajak jalan-jalan mengelilingi samudra, kemudian naik ke atas langit menikmati keindahan awan dan bentangan alam yang tak sadar aku terbuai dalam romantisme diskusi tentang tuhan yang terlampau melebihi kapasitas bepikirku........ huummm, sedikit rumit tapi pasti. hehehe

Sedikit ku ceritakan masa kecilku. Aku selau sanjung, dipeluk dan di manja oleh sosok ibu. dan ayah pastinya aku tak tau pasti karna sosoknya sedikit "cuek". 

Tapi, di saat aku di gendong aku betul-betul merasakan kenyamanan yang sangat dalam.......... entahlah, aku terbuai pada pelukan ayah.

Ayahku tak pernah bersuara tentang itu. Sosoknya yang sedikit bicara tapi banyak membentak, hehehe....................................... apalagi saat aku malas sholat dan jarang pulang ke rumah. Pernah suatu hari di masa kecil, aku salah menyebut huruf dalam AlQuran. hummmm............. rasanya mungkin hentakan senjata masuk di kepalaku.. 

tapi itulah spesialnya ayahku, walaupun seperti itu tapi aku sadar ayah mau yang terbaik untuk aku sebagai anaknya.

Saat ini aku sedang berjuang, melawan diriku sendiri, melawan diriku yang saat sendiri selalu sepi dan sunyi... meretas benih-benih keheningan dengan menancapkan tombak perlawanan. 

Bendera di atas kepalaku yang selalu ku ikat tapi tak terlihat..... 

Merah darahku putih tulangku, ku bungkus rapat hingga rapat sebagai jimat perjuangan melawan bait-bait lembut yang merembes jatuh di jalanan... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun