Lihat ke Halaman Asli

Tentang THR PNS

Diperbarui: 5 Mei 2021   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa hari menjelang Hari Raya ini ramai di linimasa tentang petisi Tolak THR PNS yang lebih kecil dari UMR Jakarta. Respon netizen tentunya beragam, banyak yang mengecam, tapi puluhan ribu tandatangan nyatanya mendukung. Yang nyinyir dengan petisi itu umumnya menganggap para PNS tidak bersyukur, tidak punya empati, maruk lah, bahkan merembet sampai justifikasi PNS selama ini makan gaji buta, kerjanya ongkang-ongkang, dan lain-lain. Yang mendukung petisi, ya jelas sebagian besar para PNS lah, ditambah keluarganya, dan satu lagi, kaum oposisi radikal pokoke bedo, hehehe.

Menurutku itu semua tidak salah tapi juga tidak sepenuhnya benar. Toh, pro kontra itu memang suatu keniscayaan.

Di sini saya hanya ingin "menggelar tikar" barangkali kita bisa duduk bersama sambil menikmati wedang teh sangit yang sedang digodhog di pawon belakang. Mari kita bentuk lingkaran, duduk bersila sambil jagongan. Sepertinya wedang nya sudah siap diseruput.

Wahai Para PNS, dunia sedang berduka

PNS sepatutnya bersyukur masih menerima THR dalam kondisi pandemi Covid global yang panjang ini. Sejak setahun yang lalu, APBN maupun APBD sibuk me-realokasi dan refocusing belanja untuk penanganan covid-19 dalam jumlah yang tidak sedikit. Ini berlanjut di Tahun 2021. Pagu belanja Rp1.032 triliun itu bakal disunat untuk misi utama yakni vaksinasi, penanganan kesehatan Covid-19, dan pemulihan ekonomi nasional.

Kebijakan pemerintah memberikan THR bagi PNS tanpa tukin (tunjangan kinerja) ini muncul dari proses panjang dengan menimbang kemampuan keuangan negara. Masih ada THR walau tanpa tukin adalah sesuatu yang harus disyukuri. Di luar sana banyak perusahan-perusahan swasta kesulitan membayarkan THR karyawan, bahkan tidak sedikit yang gulung tikar, terpaksa memberhentikan karyawan-karyawannya. Kalau tentang nominal, wajar lah jika semua orang berharap take home pay yang lebih besar. Ini manusiawi sekali. Namun kita seharusnya berfikir bahwa kebijakan ini demi kepentingan yang lebih besar, yakni mengamankan neraca keuangan negara sekaligus menyelamatkan bangsa dari gelombang pandemi yang melanda. Setuju ya? Kata kuncinya: bersyukur.


Wahai netizen, PNS itu seperti slogan iklan Wafer Tango. Berapa lapis? Ratusan
Jika kamu melihat PNS sebatas pegawai berseragam di kantor pemerintah yang berangkat pagi pulang sore hari, pendapatmu tidak salah, tetapi baru setengah. Kacamatamu perlu diperbesar sedikit.

PNS itu abdi negara yang banyak ragamnya. Ada pejabat atasan, ada pelaksana bawahan. Ada PNS pusat, ada PNS daerah. Ada yang gajinya satujutaan, ada yang gajinya seratusjutaan. Ada instansi yang tukin nya besar, lebih banyak lagi yang tukin nya kecil. Dilihat dari sifatnya, ada PNS yang nakal, ada yang lurus terus. Ada kerja professional, ada yang asal-asalan. Ada yang 'narimo ing pandum', ada yang 'obah kudu mamah'. Jika ditarik ke kehidupan pribadinya, ada yang masih bujang, ada yang anaknya lima. Ada yang 'balungan gajah', ada yang 'balungan kere'. Ada yang pola hidupnya sederhana, ada yang bermewah-mewahan. Hmm...cukup segini saja penggambarannya, kalau dilanjut sampai lebaran monyet juga tidak akan selesai.


Saya hanya ingin berpesan kepada kalian para netizen. Ragam kondisi PNS tersebut seyogyanya membatasi kita agar tidak mudah nggebyah uyah. Juga jangan lah terlalu mudah memberikan komentar yang kita tidak cukup informasi tentangnya. Terlalu cepat mengambil kesimpulan, menghakimi keseluruhan dengan pandangan parsial. Hal itu hanya akan membuka kebodohan diri sendiri dan dapat menciptakan bola salju hoax bagi orang lain.


Nah, setelah sruputan wedang terakhir, semoga fikiran kita semakin terbuka, pandangan semakin lapang, hati tak lagi gamang. Oh iya, lain kali boleh lho kita wedangan lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline