Lihat ke Halaman Asli

Agus Susanto

Tak Perlu Sempurna Untuk Menjadi Manusia

Terlahir Sebagai Orang Miskin Bukan Masalah

Diperbarui: 12 Desember 2021   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Kartun Agus Susanto diolah di Toonme.Com | Koleksi Pribadi 

Saya berharap apa yang saya tulis bisa bermanfaat dan berdampak positif bagi pembaca. Saya terlahir dari keluarga yang tidak mampu, bapak saya bekerja sebagai penjual tiket bis jurusan Kudus - Jakarta. Sementara Ibu saya adalah ibu rumah tangga, sambil jualan di toko kelontong yang berukuran sangat kecil. Guna menutup kebutuhan keluarga bapak nyambi sewa sawah tahunan untuk digarap.

Setidaknya itulah upaya maksimal yang dilakukan sebagai orang tua, maklum saja sebab mereka berdua tidak tamat SD. Sedari kecil saya sudah mengerti betul betapa susahnya hidup sebagai orang miskin, makan dengan menu yang terbatas, Kalau beras habis, makannya pakai nasi aking, lauknya dibuat asin agar bisa berhemat dan dibagi rata untuk seluruh anggota keluarga.

Kalau bayi lain dapat suplemen tambahan misal dari susu formula, kalau saya dari air tajin sebagai pengganti sufor. Dari SD saya sudah dijejali informasi, bagaimana susahnya hidup. Maka bapak dan ibu mendoktrin saya untuk hidup sederhana dan belajar yang serius agar bisa merubah nasib keluarga. Saya berusaha keras untuk tidak mengecewakan mereka, sebab untuk menyekolahkan saya tentu membutuhkan biaya yang besar.

Saya belajar nabung sejak SMP, uang jajan saya kumpulkan, untuk selanjutnya saya tabung tiap hari jum'at. Saat hasil panen bagus, saya sarankan bapak untuk menabung dan mendepositokan sebagian uangnya. Sebab kedepan kondisi ekonomi keluarga seperti apa kan tidak tahu, kalau punya tabungan dan deposito bisa dipakai saat darurat.

Saya tidak mengalami masa indah pacaran waktu SMA, sebab saya bersekolah di STM yang satu sekolahan adalah cowok semua. Jangankan pacaran ketemu saya cewek saja minder, selain miskin saya juga jelek jadi kompletkan insecurenya. Gak punya cita-cita sekolah tinggi, pengennya bapak lulus STM langsung kerja biar bisa membantu ekonomi keluarga.

Sewaktu saya minta restu orang tua untuk kuliah, sebenarnya mereka keberatan, sebab nanti biayanya dari mana? saya jawab, yang penting daftar dulu, nanti masalah biaya saya akan bantu mengusahakan juga. Alhamdulillah dapat beasiswa untuk menyelesaikan pendidikan S1, dan bisa selesai cepat cuma 2,5 tahun.

Saya ingin merubah nasib keluarga, pekerjaan apa saja asal menghasilkan uang saya coba. Dari ngursusin orang, jualan pulsa, jualan gas, jualan baju, sales alat komunikasi, Wartel, Guru Honorer, bikin LPK. Saya tidak mau mengecewakan orang tua yang telah bersusah payah, membesarkan dan menyekolahkan saya.

Alhamdulillah saat ini saya sudah mentas, sudah selesai dengan urusan ekonomi keluarga. Saya tidak mengatakan sudah kaya, tapi sudah cukup untuk hidup layak bersama keluarga. 

Saya yakin siapa saja yang berusaha keras untuk memperbaiki nasibnya, Tuhan akan membukakan jalan. Jadi terlahir sebagai orang miskin, bukanlah halangan, bukan aib, dan bukan masalah yang besar. Yang jadi masalah besar jika mempunyai mental miskin dan mudah menyerah dengan keadaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline