Lihat ke Halaman Asli

agus mada

Indonesia

Merawat dan Menjaga Air Bersih

Diperbarui: 3 September 2019   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemana perginya air itu? Sungai begitu hitam tak bisa di manfaatkan, sepanjang aliran tertanam pipa-pipa kecil dari rumah-rumah untuk pembuangan air kotor bekas mandi, air cucian atau pun lainnya. Saya sempat berfikir, bagaimana kehidupan ikan-ikan, kerang dan mahluk hidup lainnya di dalam sungai itu, apakah sehat bila di konsumsi. Sampah bukan satu-satunya masalah pencemaran air sungai dan kesadaran manusia modern belum cukup menghentikan suplai sampah di lingkungan.

Kemarau yang begitu panjang menambah berat alam untuk menyediakan air yang bersih dan layak konsumsi, tak jarang sungai keruh menjadi tempat MCK karena tidak ada pilihan lain. Saat musim kemarau panjang menjadi masalah, bagaimana dengan musim hujan? Tentunya akan di salahkan juga. Saat musim hujan tiba bukan berita baru pasti terjadi banjir, entah skala kecil atau besar.

 Lalu kemana air hujan harus pergi? Bila turunnya saja menjadi sebab banjir. Saya rasa bukan air hujan yang berlebih yang menyebabkan air begitu melimpah, sampai sungai tidak muat. Kurangnya tanah yang tidak tertutup cor dan aspal serta belum adanya terobosan baru pemanfaatan air hujan adalah salah satu mengapa air hujan menjadi genangan bukan hilang ditelan tanah ataupun menjadi barang yang bisa di konsumsi.

Pohon-pohon yang semakin berkurang, alangkah baiknya di tanam kembali untuk menyimpan air dalam tanah. Hijaukan kembali kota dengan pohon yang akarnya tidak merusak bangunan dan mampu menyimpan air, semakin banyak pohon semakin banyak air dalam tanah dan tentunya bisa melawan kejamnya pencemaran udara. Penduduk semakin padat namun sayang perilaku dalam peduli lingkungan tidak mengikuti upaya pemerintah dalam mengentaskan masalah sampah, cara berfikir "buang sampah sembarangan tidak apa-apa, orang ada petugas yang bersihkan" sudah wajib di ganti dengan "kebersihan dimulai dari saya, untuk anak cucu di masa mendatang".

Naturalisasi sungai sudah berjalan, petugas kebersihan beserta alat sangat lengkap kemudian bagaimana masyarakat menjadi peduli? Ketika masalah lingkungan hidup menjadi pekerjaan besar bagi kita semua untuk merawat dan menjaga lestarinya lingkungan.

 Kenyataannya memang tak mudah mengajak publik paling tidak untuk membuang sampah pada tempat sampah, bila kesadaran tidak di mulai dari sendiri. Namun tidak semua orang membuang sampah semaunya, masih banyak yang peduli dan sadar tapi karena kurang ketersediaan tempat sampah umum, orang-orang juga kebingungan mau buang kemana.

Mungkin upaya yang paling mudah saat sekarang adalah hemat dalam penggunaan air dan mendukung upaya pemerintah dalam pengelolaan air bersih. 

Tidak perlu berlebihan membandingkan antar provinsi dalam pengelolaan air bersih, sebab sudah tentu tatanan sosial, geografis, budaya dan cara penanggulannya berbeda. Setiap pemimpin memiliki terobosannya masing-masing, tapi bagaimana caranya terobosan tersebut menjadi bahan pembalajaran antar pemerintah daerah, karena tidak ada salahnya bekerja sama bila untuk kepentingan bersama.

Yang terakhir sebagai seorang awam saya membayangkan begini;

Sepanjang trotoar dalam jarak beberapa meter di tanam pohon dan di sediakan tempat sampah sebanyak-banyaknya, agar kota hijau kembali dan orang segan membuang sampah sembarangan.

Memanfatkan lahan yang terbengkalai untuk di jadikan hutan lindung atau pun waduk buatan, akan sangat indah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline