Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Perang Dagang Indonesia-Uni Eropa 2020: Sawit Ditolak, Nikel Bertindak

Diperbarui: 18 Desember 2019   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nikel (www.ekonomi.bisnis.com).

Ekspor bijih nikel Indonesia terbesar ke China, mencapai 98 persen. Sisanya, yang 2 persen dikirim ke Uni Eropa (UE) .

Nikel ini adalah komoditas strategis di masa depan. Kecenderungan dunia untuk menggunakan alat transportasi listrik akan menyebabkan meningkatnya ketergantungan pada industri pembuatan baterai yang berbahan baku nikel.

Indonesia adalah salah satu raja nikel dunia, menguasai 20 persen perdagangan bahan baku pembuatan lithium battery ini. Selain untuk industri baterai mobil, nikel diperlukan dalam industri pembuatan baja (kompas.com, 15/12/2019).

Kebijakan Jokowi melarang ekspor bijih nikel mentah mulai 1 Januari 2020 membuat UE berang. Industri mobil listrik mereka terancam mangkrak sebelum 2045 yang menjadi target mereka. Juga industri bajanya.

UE menggugat keputusan RI itu melalui World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia.

Menghadapi gugatan negara-negara Eropa tidak membuat gentar Indonesia. Pemerintah segera mempersiapkan lawyer terbaik untuk menyelesaikan sengketa tersebut.

Berbeda dengan UE yang konfrontatif, China lebih memilih bersikap kooperatif. Larangan ekspor nikel mentah kita malah membuat mereka menanam investasi di Indonesia.

Hal itu diungkapkan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan (cnbcindonesia.com, 13/12/2019).

"Tapi saya bilang sama mereka kami ekspor 98 persen ke China kok wong China kami tutup nggak marah, dia balik investasi ke Indonesia. Kok kalian hanya 2 persen kami ekspor mau menuntut kami."

Keinginan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor patut mendapat apresiasi.

Batubara, nikel, kelapa sawit dan berbagai komoditas lain yang sebelumnya dijual murah akan ditingkatkan nilai ekonominya melalui kebijakan hilirisasi.

Menyetor bahan mentah sudah kita lakukan sejak zaman VOC. Kopi, rempah-rempah, timah, emas sudah kita berikan; UE tampaknya tidak ingin Indonesia beranjak dari posisi itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline