Lihat ke Halaman Asli

Agung Pratama

Penulis lepas

Keputusan MK Sudah Final, Saatnya Berpelukan

Diperbarui: 28 Juni 2019   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joko Widodo dan Prabowo Subianto setelah debat pilpres pertama di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). Tema debat pilpres pertama yaitu mengangkat isu Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Selamat Kepada Pasangan Jokowi-Amin!

27 Juni 2019 menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh penggiat arus politik yang sudah mengalir sejak penghujung 2018 dengan garis start menggunakan tagar #2019GantiPresiden.

Gencaran demi gencaran digaungkan di media massa jauh sebelum musim kampanye, 5 tahun dibawah asuhan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, bangsa Indonesia menuai banyak Pro Kontra, isu dan framing. 

Tanpa disadari, masyarakat terbagi menjadi dua kubu berkat propaganda media yang dibenturkan.

Bahasan politik menjadi perbincangan yang amat atraktif di berbagai kalangan, di sosial media bahkan kita seringkali melihat anak-anak yang digiring untuk menjadi target politik dan ikut serta dalam kampanye, ya inilah pesta demokrasi.

Seorang anak di kampanye 02 | https://tangerang7.com

Seorang anak di kampanye 01 | https://www.liputan6.com

Pesta yang meriah ini menikam kekhidmatan berbangsa dalam beberapa waktu yang lalu, kubu yang terpecah belah, menghujat satu sama lain, bahkan permusuhan di lingkungan keluarga dan kerabat, ini adalah bentuk respon yang amat negatif dalam sejarah kampanye perpolitikan Indonesia. 

Khususnya tragedi 21-22 Mei silam yang sempat menumbangkan beberapa korban lantaran kerusuhan di sekitar gedung bawaslu Jl.MH Thamrin Jakarta Pusat.

Aksi 21-22 Mei (ANTARA/SIGID KURNIAWAN)

Resolusi terhadap Pemilu yang akan datang

Penulis sempat berpikir "Apakah ini wajah-wajah Politik kita?", "Bagaimana bisa rakyat kita mengorbankan nyawa hanya untuk sebuah pesta?", Hal ini tentunya sangat menyeramkan meski bukanlah sesuatu yang tabu di musim transisi kepala pemerintahan. 

Kedepannya kita tidak perlu lagi menyaksikan hal ini, Edukasi dalam etika berpolitik harus sampai kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menanggulangi kejadian serupa di masa yang akan datang, adapun pihak elite agar lebih memperhatikan para pendukung dan tidak membiarkan sebuah pertumpahan darah terjadi lagi di ranah perpolitikan kita yang seharusnya damai dan kompetitif.

Adapun indikasi-indikasi kecurangan dalam pemilu dapat diminimalisir dengan rancangan yang lebih matang, canggih, dan universal sehingga dapat diakses dengan mudah untuk menjadikan ajang Pemilu yang transparan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline