Lihat ke Halaman Asli

"Leader" Generasi Solutif

Diperbarui: 24 November 2018   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Tepat diluar pintu minibus tua, aku berdiri tersenyum ramah dan mempersilahkan rombongan wisata pertamaku memasuki pintu minibus. Kuperhatikan satu-persatu raut wajah mereka yang gembira bercampur puas.

Terlebih lagi Kevin, anak laki-laki berumur 8 tahun itu tak henti-hentinya mengoceh kesana-kemari bersama ayah dan ibunya, yaitu Pak Lukman dan Ibu Prita. Menceritakan semua yang dilihatnya, dari mulai eloknya kupu-kupu berwarna-warni sampai beberapa tupai hutan yang loncat dari dahan pohon ke dahan pohon yang lain.

"Ayaah.. Ibuu... nanti kita kesini lagi ya ?." Pinta Kevin memelas.

"Iya Dek, nanti kita kesini lagi ya.." Jawab bu Prita dengan anggukan senyum.

"Asiiik... horeee.. nanti aku kesini lagi.."

Satu-persatu mulai dari Anggi dan Kanaya, dua orang mahasiswi dari kampus ternama di wilayah timur Indonesia mulai memasuki minibus. Dan rombongan terakhir adalah Mr. Fred, turis mancanegara yang berasal dari Austria ini yang juga ahli biologi mulai memasuki pintu minibus.

"Good job my man !. Proud of you. You're smart. I'm satisfied with your services." Ujarnya sambil menepuk pundakku perlahan.

"Thank you sir !." Jawabku tersenyum.

"Pak Her, ayo kita jalan." Pintaku pada Pak Her, sopir kepercayaanku yang mau bekerjasama denganku menyewa minibus tuanya.

 

Melihat raut wajah mereka yang gembira saat memasuki minibus. Aku pun jadi turut gembira sekaligus puas karena pada akhirnya aku berhasil menjalankan bisnis pertamaku sekaligus menjadi pemandu wisata dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline