Lihat ke Halaman Asli

Dalam Sejarah Diri

Diperbarui: 11 Mei 2024   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: Malam dalam Sejarah Diri

1. Sebuah Puisi Tentang Kedalaman Diri

Secarik tinta air mata
Ku curahkan kedalam pena
Tuk bilas luapan rasa dalam dada
Sekali lagi ini tentang kerinduan tanpa jeda.

Lebih baik ditampar membuatnya sadar,
Dari pada dibelai membuatnya lalai.
Ada secerca lubang cahaya pagi
Dengan kucuran darah pergulatan waktu
Yang menghimpit bertahan bernafas
Pada hembusan doanya.

Malam menjadi buku sejarah diri,
Setiap kata terukir dengan penuh makna.
Lewat gelap, kita temukan cahaya,
Di antara kegelapan, kita temukan arti.

Teruslah menulis, teruslah merangkai,
Kisah-kisah yang terukir di malam yang sunyi.

2. Judul: Kanvas Sejarah Diri

Sebuah Puisi

Secarik tinta air mata,
Ku curahkan kedalam pena.
Tuk bilas luapan rasa dalam dada,
Sekali lagi ini tentang kerinduan tanpa jeda.

Lebih baik ditampar membuatnya sadar,
Dari pada di belai membuatnya lalai.
Ada secerca lubang cahaya mentari,
Derasnya keringat dengan kucuran darah.

Pergulatan roda waktu yang tak usai di telan usia,
Yang menghimpit bertahan bernafas pada hembusan doanya.
Direkam embun yang melilit kemalasan,
Bangkit menerobos kaburnya yang tebal menghalangi masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline