Lihat ke Halaman Asli

Pena yang Abadi

Diperbarui: 28 April 2024   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pas 1000 harinya kau dipanggilNya penyairku,
Dalam pokok anggur yang sama, kau ranting yang berbuah lebat.
Dalam segala karya puisi mulai yang indah,
Pergi selamanya, tinggallah pena kata yang membekas.

Dalam tercantum wangi bak bunga dan doa,
Pena yang abadi menorehkan jejak keindahan.
Meski penyair berpulang, karyanya tetap hidup,
Sebagai warisan abadi, menginspirasi hati yang haus akan keindahan.

Ranting yang berbuah lebat, dalam pokok anggur yang sama,
Menghasilkan karya-karya yang memikat dan mendalam.
Pena kata yang membekas, memancarkan kehidupan,
Seolah-olah melahirkan bunga-bunga kata yang harum dan berwarna.

Meskipun penyair telah berpulang, karyanya tak pernah padam,
Terus mengalir seperti sungai yang tak pernah kering.
Dan dalam segala puisi yang indah, kita merasakan kehadiran-Nya,
Sebagai penyemangat dan pencerah dalam perjalanan kehidupan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline