Lihat ke Halaman Asli

Menyepi

Diperbarui: 12 Maret 2024   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dunia terbungkam, sunyi bertahta,
Jalanan lengang, tiada suara.
Alam terpekur, hening bertambra,
Menyatu sunyi, jiwa bicara.

Canang hening di ujung desa,
Pekarangan sepi, dupa berembun.
Intropeksi diri, puja terurai,
Mencari hening, di lubuk kalbu.

Hiruk pikuk lenyap sesaat,
Detak jantung bergema mesra.
Dengan Sang Pencipta berbisik mesrat,
Memohon hening, jiwa bersih nestapa.


Di balik sepi, tersimpan filosofi,
Dalam sunyi yang menenangkan hati.
Di antara bisikan angin dan riak air,
Terbentanglah makna yang dalam dan abadi.

Menyepi, bukanlah lari dari realitas,
Melainkan perjumpaan dengan diri sendiri.
Di dalam hening yang membelai jiwa,
Terlihatlah jalan menuju kebijaksanaan.

Dalam kesunyian, terdengarlah suara alam,
Yang mengajar tentang keseimbangan dan kebijaksanaan.
Di sana, di tempat yang jauh dari keramaian,
Terbentuklah pemahaman yang mendalam akan kehidupan.

Menghilangkan diri dari hiruk pikuk dunia,
Menyepi membawa kita pada introspeksi.
Di dalam diri yang hening dan tenang,
Terlihatlah kebenaran yang tak terlihat sebelumnya.

Jadi, di tengah gemuruh dunia yang riuh,
Sesekali menyepilah untuk bersua dengan diri.
Di sanalah terdapat kebijaksanaan yang hakiki,
Dalam filosofi yang terukir indah dalam sepi.
Mentari enggan menyapa terang,
Alam semesta hening sembahyang.
Di hari sunyi, kita renungkan,
Arti diri, dalam keheningan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline