Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Kado Mukena untuk Ibu

Diperbarui: 4 Februari 2022   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu (duduk di bawah) sungkem ke nenek memakai mukena hadiah dari bungsunya/Dokumentasi pribadi

Kisah sebuah mukena biasa, tetapi proses mendapatkannya yang membuat luar biasa. Kala itu saya bekerja di gudang karpet di daerah Jembatan Merah Surabaya, dengan gaji pas-pasan. Niat membeli sebenarnya sudah lama, ketika melihat di beberapa bagian mukena ibu benangnya sudah lapuk.

Begitu melihat bandrol harga di sebuah sale, galau menyeruak dan kaki maju mundur. Hingga pintu keajaiban terbuka, rona bahagia di wajah itu tak bisa disembunyikan.

-------

Saya dari keluarga sangat sederhana, tidak ada kebiasaan memberi kado di hari spesial. Ayah dan ibu, tidak pernah membuat perayaan di hari kelahirannya atau anak-anaknya. Meski hanya tumpeng atau paling tidak bubur sumsum, agar membuncah bungah di hari kelahiran.

Bahkan memberi ucapan "selamat ulang tahun" kepada kami, seingatnya saja dan lebih banyak lupa. Alih-alih membayangkan diberi kado, mengharapkan saja tidak terlintas di benak.

Hari ulang tahun bagi kami, tidak ubahnya hari-hari biasa lainnya. Setelah bangun pagi, menegakkan sholat subuh, kemudian mandi, sarapan, berangkat ke sekolah. Setelah pulang sekolah, makan siang, ada waktu bermain, ibu mengingatkan sholat (biasanya ashar), belajar di malam hari, tidur, bangun di keesokan hari, begitulah rutinitas berjalan.  

Kami kakak beradik tidak pernah mempermasalahkan, memang demikian kebiasaan berlaku bertahun-tahun. Ayah saya, guru Sekolah Dasar  di desa tetangga. Pagi itu -- di hari ulang tahun salah satu anaknya-- menenteng tas kulit yang warna hitamnya memudar, menyusuri jalan bebatuan menuju tempat pengabdian. Ibu setelah rutinas pagi hari di dapur, segera mandi dan bergegas ke pasar membuka warung sembako.

Keluarga dengan kemampuan ekonomi pas-pasan, serupiah dua rupiah pengeluaran sangat diperhitungkan. Uang sekolah enam anak, membayar angsuran motor, untuk makan sehari-hari menjadi prioritas.  Kebutuhan sifatnya pendukung tidak diutamakan, termasuk kado, kue ulang tahun, bahkan sekedar bubur sumsumpun tidak-- hehehe.

Kami anak-anak sangat maklum, tidak ada kecewa atau merana. Gara-gara tidak ada kejutan di hari kelahiran, yang kata anak orang kaya menjadi hari spesial.

----

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline