Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Arogansi Atasan Dilema bagi Bawahan

Diperbarui: 29 Maret 2019   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin yang berseteru hanya akan merugikan organisasi dan membuat dilema anggota timnya (Ilustrasi gambar : www.datamigrateltd.com)

Menjadi bawahan dalam sebuah organisasi adalah menjadi implementator atau eksekutor terhadap rencana ataupun keputusan pemimpin organisasi. Instruksi yang dibuat atasan atau surat kerja yang didelegasikan oleh pemimpin merupakan mandat kerja yang harus dituntaskan oleh anak buah. 

Ketika seorang anggota tim memiliki pimpinan yang tegas dan mampu memberikan intruksi kerja yang jelas maka langkah yang ditempuh oleh sang bawahan akan lebih ringan. Berbeda halnya ketika sang pimpinan intruksinya serba mengambang dan ambigu untuk dikerjakan. 

Langkah anak buah akan penuh ketidakpastian dan sangat rentan dengan kesalahan. Lebih menyesakkan bagi seorang anak buah tatkala ia justru disemprot sang atasan akibat kesalahan menjalankan tugas, padahal asal muasal kesalahan tugas itu bermula dari arahan sang atasan yang tidak jelas.

Dilema seorang anak buah dalam sebuah organisasi biasanya harus tunduk patuh kepada  pimpinannya. Namun disisi lain, sebuah organisasi beserta struktur penyusunnya memiliki beberapa lapis kepemimpinan. 

Tatkala dua atau lebih pimpinan memiliki kepentingan yang berbeda-beda, memiliki motivasi yang berbeda satu sama lain, maka pada saat itulah para anggota tim cenderung menjadi segolongan orang yang dibuat bingung. 

Ketika salah seorang pemimpian mengintruksikan sebuah tindakan, namun seorang pemimpin yang lain memerintahkan agar melakukan tindakan yang lain. Kedua pemimpin ini akan menjadikan anak buah mereka bingung. Apalagi jika kedua pimpinan ini terhubung dalam struktur vertikal organisasi. Bagi sang bawahan, mengikuti sang atasan adalah keharusan. 

Akan tetapi meninggalkan instruksi dari pemimpin yang lain bukanlah opsi yang bisa dipilih. Kondisi seperti ini pada akhirnya membuat seorang anak buah serba salah. Inilah bentuk ketidakbijaksanaan seorang pemimpin yang cenderung bertindak atas nama kepentingan jabatannya sendiri tanpa melihat kaharmonisan organisasi secara menyeluruh.

Sangat wajar sebenarnya tatkala didalam suatu organisasi ada satu atau lebih orang yang berbenturan kepentingan. Juga sangat lumrah terjadi ketika ada seorang pimpinan tinggi yang melangkahi struktur dibawahnya untuk memberikan intruksi. Bagaimanapun juga seorang pemimpin tingkat tinggi memiliki kewenangan besar dalam organisasi. 

Namun, melangkahi struktur dibawahnya dalam rangka memberikan intruksi adalah bentuk nyata ketidakpercayaan seorang pemimpin kepada anggota timnya. Padahal maksud dibuatnya sebuah struktur adalah untuk mengatur aliran informasi agar runut dari atas ke bawah dan agar instruksi itu tidak dalam bentuk mentah yang berpotensi mengacaukan tatatan pekerjaan dalam lingkup tingkatan struktur organisasi tersebut. 

Pada saat pimpinan telah melewati batas ini maka yang paling berada dalam tekanan dan juga dilema adalah tim eksekutor di lapangan. Situasi seperti ini bukanlah peristiwa langka dalam sebuah organisasi. Namun apabila situasi dan kondisi ini terus berlanjut, sang bawahan akan merasa bahwa bekerja di tengah-tengah situasi serba tidak pasti dan jauh dari harmonis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline