Lihat ke Halaman Asli

Afriantoni Al Falembani

Dosen dan Aktivis

Guru Mekanik

Diperbarui: 31 Maret 2018   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Afriantoni

(Pemerhati Pendidikan)

Keberadaan guru selalu asyik diperbincangkan. Apalagi guru yang dibicarakan hanya membatasi diri dengan empat kompetensi dasar, pededagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Seolah sempurna guru, jika mengandalkan empat kompetensi tersebut.

Pada kenyataannya, guru hanya sebagai "mesin" pencetak generasi bisu. Dimana saat ini, anak sudah kurang menghargai guru. Keakraban, keharmonisan, dan keceriaan antar guru-siswa luntur karena zaman now.

Trend zaman now membuat guru menjadi guru mekanik. Dimana guru disibukkan dengan aktivitas pekerjaan yang mensyaratkan profesionalisme. Mencatat dan menilai siswa dengan detail setiap keterampilan dan pengetahuan siswa. Guru harus mampu menjadi "mesin" pencetak bagi setiap poin-poin pelajaran setiap harinya.

Guru mekanik dituntut untuk dapat mengejar target setiap siswa dengan deskripsi yang utuh. Angka dianggap tidak layak sebagai penilaian. Angka sebagai simbol penjelasan pendukung. Terpenting adalah deskripsi guru untuk setiap siswa. Peluang tertukar dengan jumlah siswa yang banyak tentu guru juga akan mengalami kekhilafan dalam memutuskan penilaian.

Guru mekanik selalu aktif menghitung jumlah nilai siswa dan menjadikannya sebagai simbol prestasi setiap siswa. Mungkinkah, guru dan juga siswa menjadi bagian pilot project yang bernama K-13. Kemudian terus menerus diujicobakan dalam kegamangan dari K-13 itu sendiri.

Guru mekanik akan beradaptasi dengan situasi kejiwaan siswa dan sekolah. Terhadap siswa, guru harus detail dan dekat dengan siswa. Terhadap sekolah, guru juga harus merangkai kata laporan dan deskripsi serta menyampaikan bukti-bukti proses belajar mengajarnya secara rutin.

Orientasi guru mekanik lebih pada materi dengan perjanjian sertifikasi. Bukan membangun budaya belajar yang baik dan menjadi darah daging bagi siswa dan lingkungan sekolah.

Guru mekanik sudah terjebak dalam situasi kehampaan zaman now. Semua diakibatkan dari perubahan kebijakan, pola, sistem, dan perilaku di lingkungan sekolah. Guru menjadi mesin yang tak berdaya dengan ragam proses, cerita dan kekhasan perkembangan anak dan dunia. (**)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline