Lihat ke Halaman Asli

Afifur Romli

Noleki Ilmu

Aku dan Hujan

Diperbarui: 1 Desember 2020   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku dan hujan

Hujan baru saja datang, namun sudah kurutuki dalam hati.
Sekian waktu hujan pun reda, kuucap hamdalah dalam hati.
Ku tancap gas kuda hitam,.namun langit berkata lain, baru saja berjalan beberapa meter, langit pun membasahi bumi.

Kupercepat putaran roda ku untuk mencari naungan ditempat teduh dan kudapati teras kosong tak berpenghuni.

Kumainkan gawai, kucoba merenung namun gagal, kucoba menulis pun gagal ,hanya game aktivitasku.

Tetesan air langit sudah mereda, ku nyalakan kuda hitam ku untuk kesekian kali, dan langsung melesat ditengah jalanan. Tak berselang lama langit pun membasahi bumi lagi, kupercepat kuda hitamku untuk menacri tempat teduh untuk kedua kalinya.

Kumatikan mesin motor dan lari dengan langkah yg besar agar lebih cepat terhindar dari air yang membasahi.

Tubuhku yg dilindungi oleh jaket ,kini telah tertembus dinginnya angin bercampur air, menusuk ke tulang, aku tak bisa berbuat apa apa.

Kubuka gawai, melihat notifikasi darimu, eh ternyata ma fi.

Kupandangi air yang turun dari kanopi pertokoan, kucoba menghitung. Tapi itu sebuah keniscayaan,  kemampuan akal yang sangat terbatas tak bisa menandingi kuasa Tuhan.

Ku lantunkan sebuah sholawat kucoba menikmati suasana dengan bersholawat kepadanya, dengan berharap hujan segera reda.

Namun hujan tetaplah turun, aku tak bisa berbuat apa-apa.
Dengan menikmati syahdunya suara hujan kucoba untuk merenung dan kudapati sebuah makna.

Kurenungkan dan kumasukkan kedalam hati ,agar tertancap dan bisa dimaknai lalu disyukuri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline