Tak ada yang pasti didunia ini, terkadang coklat bagimu itu hijau bagiku, semua tergantung sudut pandang kita masing-masing. Apa yang kita persepsikan, cenderung sesuai dengan fenomena-fenomena yang telah kita lalui masing-masing.
Tuhan memang suka begitu, mencampur warna, mengaduk rona sampai tak tahu aku apa, yang ada sisanya Cuma tanda tanya. Seringkali ingin sekali aku berbincang-bincang asik dengannya, tentang yang mana sesungguhnya dan, jawaban yang bisa kutemui hanyalah do’a.
Entah mengapa bagiku do’a itu semacam mantra, mereka tak pernah terlihat dan berwujud, tapi terasa dimana-mana. Terkadang aku iri kepada mendung, mereka selalu bergerak tanpa perlu didukung, tanpa perlu tahu asal dari mana dan mau kemana mereka akan berlabuh. Mungkin sudah seperti heroin bagi beberapa orang, sebuah Tindakan yang harusnya tanpa nanti, tanpa tapi, sekarang harus mendapat dopamine.
Memang ya, dunia itu tak berputar hanya untukmu seorang, ngga ada warna yang hanya kau favoritkan, ngga ada momen yang hanya kau harapkan. Jikalau-pun itu terjadi, pasti kamu akan menyesal, karena bosan ditiap perputaran porosnya bumi, kau selalu melihat momen yang sama, dan warna yang sama.
Disinilah kita diharuskan untuk “merasakan” bukan selalu “mencari”, iya memang mencari itu perlu akan tetapi adad saatnya kita merasakan untuk bersyukur atas apa yang sudah ada disekitar kita. Karena jika kita selalu mencari, sejujurnya tak ada didunia ini yang sempurna. Untuk mencari mungkin lebih tepatnya carilah yang terbaik, karena takkan ada yang sempurna.