Lihat ke Halaman Asli

Pahit Manis Kupat Glabed

Diperbarui: 14 April 2021   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://food.detik.com/foto-kuliner/d-4713816/menebus-kangen-tegal-dengan-sarapan-ketupat-glabed-yang-gurih-mlekoh/5?zoom

Fajar hari telah lenyapkan kegelapan. Kabut putih bergumpal tebal menghalangi pemandangan. Suara desakan orang lalu lalang mengusik telinga di pagi hari. Matahari pun tak terasa mengintip tidurnya dengan sinar yang menembus dari celah-celah dinding. Diiringi selembar koran bekas yang tertiup terhempas arus angin, dia terbangun. Dia mulai beraktifitas selayaknya orang bekerja. Namun yang menjadi perbedaan antara dia dan mereka-mereka yang kehidupanya jauh di atas adalah mereka tak kan pernah mau bekerja seperti dia yang serabutan demi kelangsungan hidupnya.

Dialah Daryono remaja yang harus merasakan hidup keras di kota kecil nan damai ini, Tegal. Meski kehidupan disini tak seterjal kehidupan di kota metropolitan, Daryono harus banting tulang sendiri untuk mengisi perutnya yang berdendang dikala siang menyapa. Sehari-hari Daryono hanya tidur di lorong ruko yang jauh dari kata layak. Ia hidup sebatang kara, tak tahu arah jalan pulang. Orang tua yang amat Daryono rindukan, telah menelantakannya semenjak Daryono kecil.

Pagi ini, Daryono mulai mencari secerca rezeki dengan mengamen dan kerja serabutan. Meski begitu, Daryono tetap menjadi anak baik nan soleh yang selalu beribadah kepada Tuhahannya. Gitar mungilnya telah siap menemani Daryono untuk menyanyikan berbagai lagu di tempat yang berbeda. Daryono sabar menanti lampu itu berganti warna. Bersama teman-teman senasib seperjuangan, Daryono segera ngacir menuju mobil yang satu ke mobil yang lain, saat lampu lalu lintas berwarna merah untuk memamerkan suara merdunya. Siang nan terik ini, tibalah Daryono pada mobil milik Pak Adi. Daryono menyanyikan lagu yang ia karang sendiri tentang kehidupannya yang kelam.

"Permisi, Pak. Selamat Siang," sapa Daryono.

"Iya, selamat siang," balas Pak Adi sembari membuka jendela mobilnya.

"Sadar pada diri yang kian rapuh, kadang ku termenung di malam mendekam... Sadar pada diri yang makin tertinggal...untuk melangkah meraih masa depan..."

"Kamu ngga sekolah, Dek? Kok ngamen gini?" tanya Pak Adi sembari memberi Daryono dua buah uang koin seribuan.

"Makasih, Pak. Buat makan aja susah, Pak. Boro-boro saya sekolah."

"Saya pengin ngobrol dengan kamu, Dek. Sekaligus untuk memenuhi data penelitian saya. Bisa kita mengobrol di pinnggir sana?"

"Oh... Bisa sekali, Pak."

Pak Adi memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan dan segera turun dari mobilnya untuk menemui Daryono.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline