Lihat ke Halaman Asli

Adrian Chandra Faradhipta

TERVERIFIKASI

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Pentingnya Literasi Finansial Bercermin dari Kasus "Miliarder Dadakan" di Tuban yang Sekarang Kesulitan Uang dan Hilang Pekerjaan

Diperbarui: 28 Januari 2022   04:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu "Miliarder" dadakan Tuban yang menyesal. Sumber: Kompas.com

Beberapa peribahasa seperti besar pasak daripada tiang yang menggambarkan besarnya pengeluaran daripada pemasukan atau sebaliknya berjenjang naik, bertangga turun yang menggambarkan bahwa segala sesuatu haruslah dilakukan dengan aturan atau urutannya dengan kata lain dalam dunia finansial bahwa dalam mengeluarkan uang harus dengan skala prioritas dan tidak boleh sembarangan.

Kedua peribahasa tadi tentunya cocok untuk menjadi bahan perenenungan kita semua setelah melihat fenomena yang terjadi beberapa waktu lalu kepada sejumlah warga di salah satu desa di Tuban yang ketiban rezeki nomplok dari penggantian lahan mereka untuk pembangunan kilang Gras Root Refinery dengan nominal miliaran rupiah dari PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) pada Desember 2020, karena akhirnya sebagian warga tersebut telah kehabisan uang dan hilang mata pencahariannya serta berdemo dan menuntut PRPP untuk memperkerjakan mereka sebagai karyawannya.

"Ya nyesal, dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai. Setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta, tapi sejak tak jual, saya tidak ada penghasilan," ujar salah seorang warga yang mendapatkan uang miliaran rupiah dari PRPP bernama Mugi kepada Kompas (24/01/2022)

Dari kasus miliarder di Tuban ini kita belajar betapa pentingnya literasi finansial dalam kehidupan kita sehari-hari terutama dalam pengelolaan keuangan.

Demo warga miliarder dadakan Tuban. Sumber: Metro TV.

Pentingnya Literasi Finansial

Literasi Digital. Sumber: kemdikbud.go.id

Masih segar di ingatan kita bagaimana warga Tuban tadi pada Desember 2020 mulai berduyun-duyun menghabiskan uangnya untuk membeli kebutuhan tersier dan konsumtif seperti mobil-mobil baru segera setelah mendapatkan uang dengan nominal miliaran rupiah dari PRPP.

Padahal di sisi lain mereka yang sebagian besar bertani atau berladang di lahan yang mereka jual tersebut kehilangan tempat mencari nafkahnya dan akhirnya berujung nestapa hingga sebagian dari warga tersebut akhirnya kesulitan keuangan karena uang ganti rugi sudah banyak lenyap untuk kebutuhan tersier dan kebutuhan sehari-hari mereka.

Ironinya, beberapa hari lalu mereka pun berduyun-duyun melakukan demonstrasi ke kantor PRPP menuntut untuk dipekerjakan di kantor PRPP yang katanya telah dijanjikan PRPP sebelumnya untuk memperkerjakan warga lokal. Tidak jelas apakah ada perjanjian tertulis dan berkekuatan hukum tentang lapangan kerja tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline