Lihat ke Halaman Asli

Adi Triyanto

Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Pelajaran Penting Serangan Tentara Mongol ke Baghdad

Diperbarui: 25 Maret 2022   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kurang lebih delapan abad lalu ,  tentara Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan menyerbu  dan membumi hanguskan kota Baghdad . Kota yang merupakan  simbol pusat kebudayaan Timur Tengah dan Islam. Istana, masjid, gereja, perpustakaan, balai ilmu pengetahuan dan tengara kota lain yang dibangun selama beberapa generasi juga tak luput dari penghancuran.

Ada dialog menarik setelah penyerbuan yang mengakibatkan korban hingga ratusan ribu nyawa  tersebut . Dialog pertama menunjukkan , apa yang terjadi dengan umat islam saat itu yang  mulai menjauh dari nilai nilai agama yang seharusnya.  Dialog kedua , menunjukkan kesadaran akan kewajiban sebagai ummat yang haus memegang teguh nilai nilai agama . Hingga merasuk ke dasar hati dan pikiran  . Serta diwujudkan dalam tindakan nyata.

Dialog Pertama

Dialog pertama terjadi paska  penyerahan harta rampasan perang , antara Khalifah Al  Mustasim dan panglima tentara Mongol, Hulaghu Khan .  . Setelah menerima  harta rampasan perang dari  Khalifah  Al Mustasim , Hulagu Khan berbalik dan menyerahkan nampan emas untuk dimakan .Benar bnar untuk dimakan . Tentu saja Al-Mustasim menolak.  Siapa yang sanggup memakan emas.

"Lantas mengapa Tuan menyimpan?" tanya Hulagu Khan. "Alih-alih Tuan bisa memberikannya kepada prajuritmu? Dan mengapa Tuan tidak melebur saja pintu besi istana ini lalu menjadikannya mata panah? Dengan panah-panah itu setidaknya Tuan bisa menghalau pasukanku."

"Ini semua kehendak Tuhan," jawab sang Khalifah.

 "Kalau begitu, apa yang akan terjadi pada Tuan setelah ini adalah kehendak Tuhan juga," kata Hulagu mengakhiri percakapan.

Banyak kalangan menyebut momen runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah dan Kota Baghdad ini sebagai akhir kejayaan kebudayaan Islam.

Kondisi itu makin bertambah karena adanya  intrik politik, perang saudara di antara elite kekhalifahan, dan konflik Sunni-Syiah. Banyak pejabat dan yang hidup berfoya foya.  Berlomba lomba mengejar pangkat harta dan kekuasaan.

Tidak ada lagi semangat seperti generasi para sahabat . Yang mencintai sesama muslim melebihi diri sendiri. Meletakkan kepentingan akherat di atas kepentinagn dunia.  Nilai -nilai ajaran agama yang mulia  diperjuangkan dengan  seluruh jiwa dan raga .

Saat penyerbuan tentara Mongol ke Baghdad itu yang terjadi  sebaliknya. Ummat Islam hanya  membanggakan dan mengelu elukan jaman Era Khalifah Harun Alrasyid ataupun Era Abdullah Al -Makmun atau generasi sebelumnya . Sementara nilai atau semangat  yang membuat datangnya kejayaan, tidak diamalkan. Kilau harta, jabatan dan kekuassan telah menyilaukan mata  dan membutakan hati. Serta terjebak sikap pasrah buta dan berlindung kepada alasan semua sudah kehendak Tuhan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline