Lihat ke Halaman Asli

Ayah Dibyo

Bahwa belajar itu bisa dari siapa saja bahkan dari orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya

[Catatan Shadow Teacher] Shadow Teacher di Tengah-tengah Hari Guru

Diperbarui: 25 November 2019   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOk. Pribadi

Pertama-tama saya ucapkan selamat hari guru nasional kepada seluruh rekan-rekan sejawat guru di seluruh Indonesia, semoga di hari guru ini kita lebih bisa berkontribusi terhadap bangsa dan agama dengan membimbing dan mengayomi anak didik kita supaya masa depan anak kita bisa lebih baik lagi.

Apakah shadow teacher juga harus ikut berbahagia di hari guru ini? Jawabnya harusnya iya, karena kita itu juga termasuk guru walaupun Cuma guru bayangan.

Kita sebagai shadow teacher harusnya lebih berbangga lagi karena yang kita pegang itu bukan anak biasa tapi anak luar biasa dimana cara penangganannya lebih kompleks daripada anak biasa. 

Selain menjadi guru kita menjadi orang tua mereka, menjadi terapis mereka, menjadi malaikat penjaga mereka disekolah bahkan kita jadi sasaran pukul mereka kalau mereka sedang tantrum atau meltdown. Lengkap sudah sebenernya kita itu dalam membimbing anak.

Secara harfiah memang kita harus bahagia, turut senang karena menjadi guru walaupun guru bayangan. Pentingnya shadow teacher didalam sebuah sekolah inklusif memang tidak terbantahkan karena kita salah satu pilar terpenting dalam sebuah sistem pendidikan inklusif, mungkin saat ini adalah saat yang tepat mengatakan saya bangga menjadi guru pendamping khusus atau shadow teacher di hari guru ini karena tidak semua orang mau dan mampu menjadi seorang shadow teacher.

Sayangnya profesi shadow teacher ini masih hanya sekedar dilirik saja oleh pemerintah, sekali-kali profesi ini juga disapalah atau diajak ngobrol supaya lebih akrab. Profesi ini juga butuh pengakuan dari pemerintah mengingat kerja dari shadow teacher lebih berat dari guru-guru pada umumnya. 

Bahkan ada beberapa sekolah inklusif yang shadow teachernya pegang 2-3 anak sebuah pekerjaan yang menurut saya jadi tambah berat, lha wong pegang satu anak saja kita sudah harus jatuh bangun apalagi ini 2-3. 

Saya bayangkan kalau kita pegang 2-3 anak dan semua anaknya bermasalah dengan konsentrasi dan moody, kita semuanya waktu kita pegang kurang moody semua kita baru menenangkan yang satunya yang satu lagi udah kabur, syukur-syukur kalau itu anak Cuma muter-muter saja tidak masalah tapi kalau menyakiti anak lainnya kita yang kerepotan.

Ketika profesi shadow teacher sudah mendapatkan perhatian maka tidak mungkin banyak orang yang juga akan bercita-cita menjadi shadow teacher karena pengalaman kita untuk mendapatkan shadow teacher yang sesuai dengan kualifikasi sangat sulit sekali seperti PLB, Psikologi, OT, TW, Fisioterapi. 

Saat ini shadow teacher didominasi oleh mereka yang punya hati didalam dunia ini apapun latar belakang mereka bahkan diluar latar belakang yang saya sebutkan tadi. Mereka hanya meletakkan hati mereka di dunia ini sehingga apapun masalahnya mereka bisa menghadapi.

Adanya pengakuan dari pemerintah juga dapat menstimulasi sekolah-sekolah untuk bisa inklusif karena apa? Selama ini sekolah tidak mau menerima peserta didik berkebutuhan khusus karena tidak ada sumber daya manusianya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline