Lihat ke Halaman Asli

Pesta Baratan di Kota Jepara

Diperbarui: 2 November 2021   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : tic.com

Indonesia memiliki banyak pulau, agama, bahasa, dan juga kebudayaan. Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki kebudayaannya tersendiri yang menjadi identitasnya. Identitas adalah sifat khas atau keadaan khusus yang menjelaskan diri pribadi, kelompok, golongan, komonitas atau negara sendiri sesuai dengan kesadaran masing-masing. Identitas luas cakupannya, tidak hanya pada satu individu saja tetapi berlaku pada suatu golongan juga.  

      Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki kebudayaan masing-masing yang menjadi identitasnya. Terdapat banyak kebudayaan di setiap daerahnya, entah itu daerah luas atau sempit, mereka pasti mempunyai sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus atau turun-temurun, melanjutkan apa yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Seperti salah satu kota di Jawa Tengah, yaitu Jepara.

      Jepara merupakan kota kecil yang terletak berbatasan dengan Laut Jawa Utara dan Barat ini mempunyai berbagai kebudayaan dan kesenian, selain terkenal akan ukirannya Jepara juga memiliki tradisi yang tak kalah menariknya, setidaknya 6 tradisi yang menjadi kebudayaan di kotanya. Adapun 6 tradisi tersebut adalah :

  • Pesta Baratan
  • Tari Kridajati
  • Tradisi Emprak
  • Pesta Lomban
  • Tari Tayub
  • Perang Obor

      Salah satu tradisi di Jepara yang menjadi kebudayaan turun-temurun di Jepara adalah Pesta baratan, Pesta baratan adalah suatu tradisi yang sudah lama dan dijalankan setiap tahunnya di kabupaten Jepara. Pesta baratan ini memiliki berbagai perubahan dalam pelakasanaanya. Dari tahun ke tahun, pelaksanaan pesta beratan ini dikembangkan sesuai dengan adanya perubahan zaman. Perubahan ini merupakan hal yang wajar karena merupakan suatu bentuk tradisi budaya yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

      Pesta Baratan dilaksanakan setelah Sholat Maghrib pada tanggal 15 Sya'ban atau 15 Ruwah yang bertepatan dengan malam Nifsyu Sya’ban. Setelah melaksanakan Sholat Maghrib, masyarakat kemudian melakukan ritual upacara adat yang dilaksanakan dengan cara berkumpul di masjid dan berdoa bersama. Setelah itu dilanjutkan dengan makan nasi berkat. Pada puncaknya masyarakat menyalakan penerangan seperti lilin atau obor. Namun tidak hanya itu saja, Pemerintah Kabupaten Jepara membuat tradisi ini semakin menarik dengan menambahkan arak-arakan yang hampir mirip seperti karnval, terdapat beberapa formasi barisan yang sudah ditata rapi. Setiap tahunnya ada seseorang yang dipilih untuk menjadi perumpamaan Ratu Kalinyamat dalam tradisi ini, seseorang tersebut dipilih dengan melewati beberapa seleksi.

      Konon katanya, Pesta Baratan ini merupakan tradisi yang diadakan untuk memperingati hari kematian Sultan Hadirin. Sultan Hadlirin adalah suami Ratu Kalinyamat, Ratu Jepara pada saat itu. Saat kesakitan, Sultan Hadirin dibawa langsung oleh Ratu Kalinyamat menuju Desa Purwogondo.

      Pesta baratan ini selalu diadakan tiap tahunnya, dan tidak jarang setiap tahunnya mengalami perkembangan keunikan dan kekreativitasannya. Hal itu disebabkan adanya dukungan dari Pemerintah Jepara yang sangat memperhatikan tradisi nenek moyang yang sudah menjadi kebudayaan ini, dan ingin selalu menjaga antusiasme dari masyarakat. Bagaimana tidak? Masyarakat selalu berbondong-bondong beberapa jam sebelum acara tersebut dimulai, hal itu dikarenakan antusiasme mereka yang tinggi.

      Tradisi Pesta Baratan sangat lekat di kalangan masyarakat Jepara yang selalu ditunggu setiap tahunnya. Dukungan tidak hanya datang dari masyarakat Jepara, namun juga dari kalangan Pemerintah Jepara, berbagai cara dilakukan Pemerintah Kabupaten agar bisa sebaik mungkin menampilkan tradisi ini kepada masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline