Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Investor Terpapar "Demam Emas" di Bursa Saham?

Diperbarui: 14 Agustus 2019   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emas Logam Mulia Antam| Dokumentasi Humas PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok ternyata memberi "berkah" tersendiri untuk komoditas emas. Pasalnya, semenjak perang tersebut kembali "memanas" beberapa minggu terakhir, harga emas terus melambung. 

Sewaktu tulisan ini dibuat, satu gram emas dijual dengan harga Rp 715.000. Harga tersebut telah mengalami kenaikan sekitar 14% sejak Bulan Mei kemarin!

Hal itu wajar terjadi karena emas termasuk aset "safe haven". Aset jenis ini umumnya akan laris diburu investor manakala ekonomi sedang krisis. Investor yang bercimpung di pasar keuangan biasanya akan melindungi investasinya dengan memborong emas karena emas dinilai lebih tahan terhadap pergolakan ekonomi.

Jumlah permintaan yang berlimpah jelas mengangkat harga emas. Pelan-pelan harganya terus meningkat melampaui prediksi para analis. Boleh jadi, kenaikan harga tadi akan terus berlanjut pada beberapa bulan berikutnya.

Hal itu tentunya berimbas pula pada harga saham emiten tambang emas. Seiring dengan "terbang"-nya harga emas di pasaran, setidaknya ada dua emiten tambang emas, yang memperlihatkan kinerja positif. Kedua emiten yang dimaksud ialah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Berdasarkan data yang diambil dari situs RTI, kedua saham tadi mampu menghasilkan capital gain yang bagus dalam waktu 30 hari saja. Saham ANTM dapat memberikan keuntungan sebesar 21%, sementara saham MDKA sebesar 15%. 

Tingkat keuntungan tadi boleh dibilang luar biasa karena bisa diperoleh dalam waktu yang relatif singkat. Jarang-jarang ada saham yang melejit harganya secepat itu.

Demam Emas
Kenaikan tadi bisa membikin mata investor manapun menjadi "silau". Investor bisa tiba-tiba tergiur membeli saham tersebut, hanya karena merasa bahwa harganya akan terus naik beberapa bulan ke depan. Jadilah investor yang bersangkutan berspekulasi, bukan berinvestasi.

harga emas sedang naik seiring meningkatnya tensi perang dagang (sumber: https://akcdn.detik.net.id)

Hal itu tentu riskan terhadap keamanan modal yang diinvestasikan. Kalau membeli saham pada waktu yang salah, bisa-bisa investor kena "batu"-nya. Seperti yang dialami teman saya.

Pada bulan Juli lalu, teman saya membeli beberapa lot saham ANTM di harga Rp 800/lembar. Dengan sabar ia menyimpan saham tadi selama berhari-hari.

 Seminggu kemudian, seiring dengan tren positif komoditas emas, harganya pun terkerek menjadi Rp 870-an/lembar. Teman saya merasa cukup puas atas untung yang diperolehnya. "Lumayan untungnya di atas bunga deposito bank," katanya, setelah ia menjual semua saham ANTM yang dimilikinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline