Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Jika Bursa Saham Terdampak Mati Listrik

Diperbarui: 5 Agustus 2019   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bursa Efek Indonesia| Sumber: asset.kompas.com

Bagi saya, peristiwa mati listrik yang terjadi pada hari Minggu kemarin adalah sebuah "krisis". Betapa tidak, untuk pulang ke rumah saja, saya mesti berpindah-pindah moda transportasi. Semua itu bermula ketika KRL yang hendak saya naiki lumpuh total.

Beberapa jam sebelumnya, saya memang sempat mendengar kabar bahwa terjadi mati listrik yang luas di wilayah Jabodetabek. Saya kira, kejadian tadi hanya akan berlangsung beberapa jam saja. Saya pikir, PLN bisa segera memperbaiki gardu yang rusak dan semua akan berjalan normal seperti sediakala.

Namun, perkiraan saya ternyata meleset. Pasalnya, setelah satu jam "telantar" di Stasiun Gondangdia, belum ada tanda-tanda bahwa kereta akan beroperasi. Petugas hanya memberi pengumuman yang itu-itu saja lewat pengeras suara. Semua jadi serba tidak pasti.

Kekhawatiran sempat menyelimuti hati saya. Terus berdiam di stasiun tentu tidak ada gunanya. Biarpun ada info bahwa listrik akan kembali hidup dalam waktu enam jam, opersional KRL belum tentu akan langsung berjalan seperti biasa. Bisa-bisa butuh waktu lebih lama lagi sebelum akhirnya KRL dapat mengantar saya sampai tujuan.

sejumlah penumpang menunggu beroperasinya krl di stasiun gondangdia| Sumber: dokumentasi Adica)

Sementara, kalau berganti moda transportasi lain pun, saya agak sulit. Sinyal sangat minim pada waktu itu. Akses internet jadi sangat terbatas. Meski begitu, untungnya, saya masih bisa memesan ojek online.

Pilihan itu dianggap lebih efektif dan efisien. Selain bebas macet, tarif yang dibayarkan juga lebih murah. Secara keseluruhan, saya mesti berganti ojek online sebanyak 4 kali sebelum akhirnya bisa tiba di rumah dengan selamat.

Untungnya, krisis listrik tersebut sekarang sudah lewat. Sampai tulisan ini dibuat, listrik telah menyala seperti sebelumnya. Kinerja petugas PLN dalam memperbaiki kerusakan tentu perlu diapresiasi. Sebab, dalam krisis yang berdampak luas demikian, upaya perbaikan bisa dilakukan dalam waktu satu hari kerja.

Coba kalau krisis tadi berlangsung beberapa hari. Semua tentu akan bertambah parah kondisinya. Akan ada begitu banyak kerugian andaikan hal itu sampai terjadi. Apalagi kalau itu sampai berimbas pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia.

Saya sulit membayangkan kerugian yang akan ditanggung andaikan perdagangan saham terhenti akibat mati listrik. Yang jelas, kerugiannya bisa sangat besar.

Hal itu tentu wajar terjadi. Sebab, nilai transaksi yang berlangsung di bursa saham bisa mencapai ratusan triliyunan rupiah. Pada bulan Juni kemarin saja, nilai rata-rata perdagangan saham menyentuh angka 11,3 triliyun rupiah per hari! Makanya, kalau bursa efek sampai terhenti satu hari saja, kerugiannya setara dengan nominal tersebut.

Kasus mati listrik massal yang berlangsung kemarin mungkin hanya satu di antara sekian banyak krisis yang bisa menerpa perdagangan saham di Indonesia. Meskipun krisis tersebut jarang sekali terjadi, bukan berarti tidak ada langkah yang dapat diambil untuk meminimalkan risiko investasi. Berikut ialah beberapa hal yang bisa dilakukan manakala terjadi krisis yang "menggoyang" bursa saham.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline