Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Peringkat Kredit S&P Naik, Investor Siap "Mudik" ke Pasar Saham Indonesia?

Diperbarui: 5 Juni 2019   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

situasi mudik (sumber: https://asset.kompas.com)

Sehari sebelum libur Lebaran, IHSG mendapat "hadiah spesial" dari Standard & Poor's (S&P) Global Ratings. Pasalnya, lembaga pemeringkat yang dikenal sangat konservatif dalam hal penilaian tersebut menaikkan peringkat kredit jangka panjang Indonesia dari yang sebelumnya BBB- menjadi BBB. Kemudian, untuk kredit jangka pendek, peringkat Indonesia juga turut terkerek dari A-2 ke A-3. Prospek kedua peringkat itu ditetapkan stabil.

Berdasarkan sejarah, terakhir kali Indonesia menyabet peringkat tadi adalah pada tahun 1995. Setelah itu, peringkat Indonesia tidak pernah "terbang" lebih tinggi lagi. Yang ada, peringkat Indonesia justru anjlok pada tahun-tahun berikutnya, terutama sesudah peristiwa Kerusuhan Mei 1998 dan Bom Bali 2002.

Namun, seiring berjalannya waktu, perekonomian Indonesia pulih. Pelan-pelan pemerintah menata kembali fundamental ekonominya. Investor yang tadinya lari tunggang langgang setelah melihat kekacauan di Tanah Air berangsur-angsur "mudik" berinvestasi ke Indonesia. Secara bertahap, peringkat Indonesia yang dirilis S&P pun membaik.

lembaga standard & poor's global ratings (sumber: https://img.bisnis.com)

Kenaikan peringkat tadi jelas memiliki arti besar untuk perekonomian Indonesia. Semakin baik peringkat tersebut, semakin besar pula kepercayaan investor terhadap Indonesia. Jadi, jangan heran, setelah S&P merilis laporannya, investor kemudian berbondong-bondong masuk ke pasar saham Indonesia. Jelang penutupan bursa saham pada 31 Mei kemarin, IHSG pun sampai melesat 1,72%!

pergerakan IHSG pada perdagangan 31 Mei 2019 (sumber: dokumentasi Adica)

Peran Pemerintah

Harus diakui, pemerintah mempunyai andil besar atas prestasi tadi. Hal itu bisa terjadi karena Presiden Jokowi berfokus membangun infrastruktur sebagai upaya pemerataan ekonomi. Selama Presiden Jokowi menjabat, ada begitu banyak jalan, jembatan, embung, dan sarana infrastruktur lain yang dibangun.

Meskipun menuai pro dan kontra, kebijakan tersebut dinilai mampu menggerakkan perekonomian masyarakat. Kalau pemerintah "getol" bangun jalan misalnya, daerah-daerah yang dilalui jalan tadi akan bertumbuh.

Presiden Jokowi meninjau proyek infrastruktur (sumber: https://akcdn.detik.net.id)

Di sekitar situ, akan muncul banyak perumahan, pusat niaga, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Roda ekonomi akan berputar di mana-mana, tidak lagi terpusat di kota-kota besar, dan ketika hal itu terwujud, iklim investasi akan bertambah kondusif. Terlebih Joko Widodo terpilih kembali menjadi presiden sehingga diperkirakan akan melanjutkan karyanya.

Hal itulah yang kemudian menjadi alasan S&P menaikkan peringkat kredit Indonesia. Sebagaimana dikutip dari bisnis.com, laporan S&P menyebutkan, "Kami menaikkan peringkat tersebut untuk mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dinamika kebijakan mendukung, yang kami perkirakan akan bertahan menyusul terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo."

Hal itu bisa menjadi sentimen positif pada perdagangan tanggal 10 Juni nanti. Besar kemungkinan IHSG akan melanjutkan penguatan. Maka dari itu, sehari setelah libur Lebaran, investor diperkirakan akan "mudik" beramai-ramai ke bursa saham Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline