Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Bursa Saham Itu "Sedramatis" Kemenangan Liverpool Atas Barcelona

Diperbarui: 8 Mei 2019   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selebrasi Gol (sumber: https://cdn.cnn.com)

Tanpa mengesampingkan rasa hormat kepada fans Liverpool, sebetulnya saya lebih menjagokan Barcelona pada laga kedua Semifinal Liga Champions. Alasannya sederhana: Barcelona sudah unggul 3-0 atas Liverpool pada laga pertama di Camp Nou. Seingat saya, sungguh jarang ada sebuah tim yang sanggup lolos ke final dengan selisih agregat selebar itu. Biasanya, dengan keunggulan demikian, "99%" tim tadi akan melaju ke babak berikutnya.

Alasan lainnya, Barcelona telah memastikan diri sebagai jawara Liga Spanyol. Dengan menyisakan dua laga, klub asal Katalunya itu mengungguli klub-klub tangguh lainnya, seperti Atletico dan Real Madrid. Makanya, dalam laga kedua Semifinal Liga Champions, Ernesto Valverde, pelatih Barcelona, bisa mengerahkan kekuatan penuh dengan memainkan Messi, Suarez, dan Coutinho, yang notabenenya adalah "predator" yang ditakuti semua tim. Jadi, saya kira, dengan dua keuntungan tadi, langkah Barcelona akan jauh lebih ringan di Anfield.

Namun, Anfield ternyata bukan stadion sembarangan. Sebab, dengan didukung penuh oleh fans yang terus menggemakan lagu "You Will Never Walk Alone", Liverpool berubah menjadi tim yang berbeda dengan yang pernah dilawan Barcelona sebelumnya. Skuat Liverpool yang dikomandani oleh Jordan Henderson tampil "trengginas". Strategi gegenpresing yang diterapkan Jurgen Klopp sanggup "melumpuhkan" kesaktian Messi dan Suarez.

Dengan cepat, Liverpool pun bisa "mencuri" gol lewat Divock Origi. Setelah itu, gol demi gol meluncur deras ke gawang Barcelona yang dikawal Andre Ter Stegen. Secara sesasional, Liverpool menang 4-0 dan lolos ke Final Liga Champions yang akan digelar di Madrid.

Gol Origi (sumber: https://ichef.bbci.co.uk)

Kemenangan Liverpool atas Barcelona yang di luar prediksi mengingatkan saya pada bursa saham. Sebab, keduanya ternyata punya kesamaan: sulit ditebak. Secermat apapun analisis suatu saham, yang terjadi justru lain di "lapangan".

Saya ingat pernah mendengar rekomendasi saham perusahaan ritel smartphone yang sedang "hot". Disebut "hot" karena pada tahun 2018 penjualannya meroket tajam. Harganya pun melesat dari Rp 700-an ke 2000-an/saham dalam waktu beberapa bulan saja. Ada begitu banyak orang yang membelinya, dan sudah memetik untung darinya.

Atas dasar itulah, beberapa analis kemudian merekomendasikan saham tadi untuk dibeli. Mereka memprediksi harganya akan naik lebih tinggi pada awal tahun 2019. Bahkan, ada yang sampai bilang bahwa harganya akan menyentuh angka Rp 4.000/saham!

Oleh karena ilmu masih minim, saya pun tertarik membelinya di harga Rp 2.200-an/saham. Namun, saya hanya pegang sebentar saham tadi karena perasaan saya kurang nyaman menyimpannya lama-lama. Saya merasa ada yang "keliru" dengan saham ini.

Akhirnya, daripada terus "dihantui" perasaan tersebut, saya jual saham tadi, biarpun dalam posisi rugi. Biarlah saya menanggung kerugian beberapa ratus ribu daripada berpotensi rugi lebih dalam!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline