Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

RPK Butuh "Sentuhan" Teknologi Digital?

Diperbarui: 16 Mei 2018   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

rpk ud hijrah yang terletak di kawasan pondokgede menyediakan beragam produk dari perum bulog (sumber: dokumentasi pribadi)

Beberapa minggu yang lalu, saya membantu seorang kawan untuk "mendigitalisasi" usaha dagangnya. Sudah sejak beberapa bulan, ia berjualan jus jeruk dengan menggunakan gerobak, dan ternyata ia tertarik memanfaatkan teknologi digital untuk "mendongkrak" omzetnya.

Bagi saya, perbuatannya sangatlah tepat. Sebab, kalau hanya mengandalkan metode jualan yang "konservatif", usahanya dapat tergerus. Maklum saja, sekarang masyarakat, terutama yang berdomisili di kawasan perkotaan, memang sedang menikmati era digital. Buktinya, kini telah banyak bermunculan e-commerce  yang menawarkan beragam produk.

Makanya, pengusaha yang masih memakai cara-cara "kuno" dalam berbisnis harus melakukan transformasi. Jangan sampai usaha yang sudah dijalankan stagnan atau bahkan turun lantaran kalah bersaing dengan pengusaha lainnya yang sudah menggunakan teknologi tersebut.

Perubahan itu tentunya berlaku untuk setiap jenis usaha yang dijalankan Perum BULOG. Maklum saja, kini Perum BULOG sedang melakukan sejumlah transformasi bisnis dari yang sebelumnya hanya berfokus menyeimbangkan harga pangan nasional hingga berorientasi mencari profit.

Makanya, transformasi itu meliputi sejumlah Unit Bisnis (UB) Perum BULOG, seperti UB Jastama, UB Opaset, UB Industri, dan UB Ritel, serta anak perusahaan BULOG PT JPL. Di antara empat unit bisnis tersebut, saya tertarik membahas sektor ritel sebab di dalamnya Perum BULOG menggagas program Rumah Pangan Kita, yang terkesan baru secara konsep dan bermanfaat besar bagi masyarakat.  

Rumah Pangan Kita (RPK) ialah sebuah program kemitraan yang digagas oleh Perum BULOG. Program yang sudah dijalankan sejak tahun 2016 tersebut menawarkan kesempatan kepada masyarakat untuk berwirausaha. Dengan mengikuti program tersebut, masyarakat dapat menjual beragam jenis produk Bulog dengan harga yang kompetitif.

Adapun produk yang dijual meliputi bahan kebutuhan rumah tangga, seperti beras, minyak goreng, tepung, dan gula pasir. Semua produk tersebut berkualitas baik dan diberi label KITA. Sebut saja produk Beras KITA. Produk ukuran lima liter per kantong tersebut mempunyai kualitas premium.

beragam produk dari perum bulog (sumber: dokumentasi pribadi)

Kualitasnya pun setara dengan produk beras jenis lain yang dijual di supermarket. Hanya saja, harganya jauh lebih murah, sekitar Rp 51.000, berbeda dengan beras lain yang dipatok dengan harga sekitar Rp 64.000 di pasaran. Makanya, jangan heran kalau produk Beras Kita laris diserap pasar. Demikian pula produk-produk lainnya.

Selain unggul dari segi harga, Beras KITA juga terasa lebih pulen. Sewaktu saya mencicipi produk tersebut, beras itu lebih bersih sewaktu dicuci dan lebih enak di lidah. Hal itu menjadi jaminan bahwa produk beras yang dijual aman sebab tidak ada pemutih di dalamnya, serta punya kualitas yang oke.

produk beras pangan kita dari perum bulog (sumber: dokumentasi pribadi)

Oleh sebab itu, dengan melihat kualitas produk yang ditawarkan dan harga yang dipasang, cukup banyak orang yang tertarik "terjun" menjadi pengusaha RPK. Makanya, sampai saat ini, jumlah pengusaha RPK sudah mencapai 39 ribuan yang tersebar di seluruh wilayah tanah air, dan angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya.

Syarat untuk menjadi pengusaha RPK juga terbilang mudah dan ringan. Kita cukup mendaftar menjadi peserta di situs www.bulog.co.id, melengkapi sejumlah berkas, dan menyediakan uang sebesar lima juta rupiah sebagai modal awal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline