Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Sera Amane di "Pusaran Kelam" Industri Pornografi Jepang

Diperbarui: 10 September 2017   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: banjarmasin.tribunnews.com

Kenalkah Anda dengan Sera Amane? Kalau tidak, saya pun demikian. Namun, namanya belakangan menjadi "buah bibir" di internet lantaran dia menjalani syuting "film biru" di kawasan Jakarta.

Konon itulah film syur pertama yang dibintanginya. Konon juga identitas wanita berkulit putih itu masih misterius. Soalnya, ada yang bilang bahwa dia orang Jepang. Ada pula yang berkata bahwa sebetulnya dia adalah pelajar Indonesia yang terlibat pembuatan film dewasa Jepang alias JAV.

Namun demikian, di balik simpang-siurnya identitas aslinya, saya lebih tertarik menguak kelamnya industri pornografi di Jepang. Sebuah industri yang coba diarungi oleh Amane dalam usianya yang relatif masih muda.

Netizen yang tertarik oleh budaya Jepang tentu mengetahui bahwa sudah sejak dulu industri pornografi dilegalkan di negeri matahari terbit itu. Industri itu bahkan menghasilkan miliyaran dollar per tahunnya.

Industri tersebut kemudian mendunia. Sejumlah situs dewasa sering menampilkan video-video biru yang dibintangi oleh wanita-wanita Jepang. Bahkan, saking terkenalnya, aktris tersebut mempunyai banyak penggemar setia, meraih popularitas, dan memperoleh uang yang berlimpah ruah.

Namun demikian, di balik gemerlapnya industri tersebut, terdapat "sisi kelam" yang jarang terkuak ke publik. Berdasarkan sejumlah artikel yang saya lansir, sejumlah aktris "film biru" Jepang disebutkan sempat melaporkan adanya pemaksanaan dalam kontrak kerja.

sumber: tempo.co

Semua itu terjadi karena mereka terpincut oleh "iming-iming" honor besar yang ditawarkan oleh sebuah rumah produksi. Asal tahu saja, dalam sekali tampil di suatu film, mereka dibayar ratusan hingga miliyaran rupiah, bergantung popularitas si aktris.

Makanya, karena tergiur mendapat uang banyak dalam waktu cepat, banyak gadis muda Jepang tertarik "terjun" ke dalam industri tersebut. Sayangnya, ketertarikan itulah yang "dimanfaatkan" oleh oknum-oknum untuk menjerat mereka.

Setelah menandatangi kontrak yang isinya telah di-setting, mereka kemudian dipaksa menjalani serangkaian adegan mesum. Makanya, di sejumlah film, mereka terlihat diperkosa beramai-ramai, alih-alih menjalaninya dengan sukarela.

Hal itu sebetulnya sudah terjadi cukup lama. Hanya saja, tak ada aktris yang berani melaporkannya ke publik karena mereka terus diancam oleh oknum tersebut. Bisa dibayangkan betapa takutnya para gadis itu karena hidupnya terus "dihantui" oleh bayang-bayang gelap industri ponografi Jepang.

Apakah Sera Amane juga akan mengalaminya juga? Entahlah.

Pornografi sama dengan narkoba?
Sehubungan dengan topik pornografi, saya teringat sebuah pemaparan yang disampaikan oleh Djayawarman Alamprabu, Tenaga Humas Manajerial Pemerintah Republik Indonesia, dalam acara kemenag beberapa minggu yang lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline