Lihat ke Halaman Asli

Drama "OJOL" Indonesia

Diperbarui: 7 Mei 2018   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan Reportase.

Tepatnya 27 Maret 2018 jalan antara Instana Negara sampai ke Monas dipadati kerumunan massa berjaket hijau, ya , terjadi demontrasi yang dilakukan oleh para pengemudi ojek online dengan tuntutan Rasionalisasi Tarif dari Rp.1600/Km menjadi Rp.4000/Km dan Perngaturan Regulasi Profesi Pengemudi Ojek online. Ribuan masa berkumpul, pekik demi pekik orasi dikumandangkan menyerukan tuntutan. Ada sebuah orasi menarik dimana salah seorang pengemudi ber orasi kurang lebih begini

" Alasan kita berkumpulhari ini adalah karena kita tidak ingin mengulang sejarah!!!  Sejarah yang mana..?!!! sejarah nenek kakek kita sendiri, dimana mereka waktu itu dipaksa menanam kopi oleh belanda, tanah milik mereka (Kakek nenek kita),bibit milik mereka, tenaga tenaga mereka, kemudian ketika panen dibeli dengan harga sangat murah tanpa ada negoisasi harga oleh pemerintah belanda!!!! Itu sejarah penjajahan Bang!!!  Dan disini hari ini apa yang dulu dirasain nenek kakek kita kita rasain lagi bang, Motor punya kita,hape ya punya kita,bensin punya kita , bahkan atribut ini pun kita beli, tapi apa pernah kita diajak negoisasi soal harga!!!! Lantas apa beda zaman penjajahan dengan apa yang kita rasain sekarang....?!!!!"

Orasi diatas seolah menjadi stimulus bagi sebuah mobilisasi fikiran dan psikologis untuk para peserta demo, sebuah metoda perbandingan sejarah yang sebenarnya secara faktual harus diselidiki dan diuji terlebih dahulu kebenaran muatan orasi tersebut meskipun secara nalar sangat mudah dimengerti, difahami, dan disetujui, dan tak lama kemudian hujan turun cukup deras akan tetapi tak satupun peserta demo beranjak, semangat terlanjur berkobar, alih-alih berteduh peserta demo malah ramai-ramai membuat lingkaran mengibar-ngibarkan merah putih sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Ketika hujan mulai mereda perwakilan dari pihak kepolisian memberi sambutan dan mengapresiasi suasana kondusif sepanjang demo, kemudian disusul kabar gembira dari perwakilan yang masuk ke dalam Istana dan ternyata berdiskusi langsung dengan RI-1 yang bersedia memediasi dan memandatkan pada mentri terkait melakukan tindakan yang diperlukan melibatkan pihak Aplikator dan Perwakilan Pengemudi Ojol.

234

Aksi lanjutan 273 menjadi wajib adanya karena dirasa sama sekali tidak membuahkan hasil . Pertemuan yang sudah dimandatkan dan diagendakan olehRI-1 hanya dihadiri mentri  Perhubungan dan pihak Aplikator tanpa melibatkan Perwakilan pengemudi, ya pertemuan memang terjadi akan tetapi tak nampak adanya kesepakatan apapun disana atau mungkin terjadi kesepakatan yang sengaja tidak dinampakan. Intinya Rasionalisasi tarif tidak terjadi dan Regulasi Hukum masih Utopia.

Kali ini Gedung DPR/MPR dipilih sebagai lokasi, aksi diagendakan pukul 13.00 akan tetapi sampai 12.30 halam gedung DPR/MPR masih nampak sepi, hanya ada beberapa pengemudi dan dua baris Taruna muda yang berjaga. Tepat pukul 13.00 mulai terdengar deru suara dai arah jalan Asia-Afrika ribuan masa berjaket hijau bebaris dan memanjar memenuhi ruas jalan, spanduk-spanduk dan poster-poster  berisi aspirasi nampak terentang, theater jalanan digelar dengan beberapa aktor mengunakan helm menjerit-jerit diatas kuda-kudan yang ia naiki karena dicambuk bertubi-tubi oleh seorang aktor lainya, suara pekik yel-yel tuntutanpun semakin riuh dinyanyikan.

Setelah mobil komando terparkir lagu kebangsaan mulai dinyanyikan INDONESIA RAYA dan SATU NUSA SATU BANGSA jadi pilihan. Orasi demi orasi pun mulai disuarakan, kali ini saya dapat giliran ketiga untuk ber-orasi....

"Bang orasi gue di aksi sebelumnya gue ngajak lu semua mundur kemasa penjajahan sebagai perbandingan, dan seharusnya itu bener-bener jadi tamparan karena gue pake bahasa sarkasme gue pake bahasa sindiran, dan buar orang orang pinter sindiran itu jauh lebih menyakitkan dibanding hinaan secara langsung, tapi apa yang kita dapet bang?!!! Kita nggak dapet apa-apa!!! Hari ini gw bakal ngajak lu semua mundur lagi bang tapi nggak jauh-jauh , gw ajak u mundur ke beberapa tahun yang lalu pas kita mulai sekolah kelas 1 SD, lu semua pasti masih pada inget sambil makein kita baju seragam sekolah emak bapak kita selalu nyanya berulang-ulang " dede kalo udah gede mau jadi apa...?" dan saat itu kita yang masih polos yang bahkan belum mampu hidup mandiri kita semua udah berani bercita-cita, kita jawab kita pengen jadi dokter, pengen jadi pilot, pengen jadi presiden, sekarang gw tanya !? ada nggak yang jawab pengen jadi tukang ojek?!!! Ada kagak?!!! Ya bener bang ini bukan cita-cita kita, jadi tukang ojek bukan cita-cita kita!!! Ini semua kita lakuin semata-mata buat bertahan hidup !!!! dan sayangnya Cuma inilah satu-satunya cita-cita kita sekarang!!! Ya satu-satunya cita-cita kita sekarang adalah BER-TA-HAN HI-DUP!!!! Tuhan kasih kita bakat bang ,Tuhan kasih kita talenta  gw tau diantara lu semua mungkin ada yang berbakat jadi MUSISI, mungkin ada yang berbakat jadi ILMUWAN bakat lu sebenernya jadi ini jadi itu tapi itu semua hari ini kita kubur sendiri dalem-dalem karena kita udah kebangetan sibuk buat BER-TA-HAN HI-DUP!!!! Cuma selisih satu generasi bang dimana dulu biarpun bapak kita petani mereka bisa punya tanah, biarpun bapak kita buruh mereka bisa punya rumah , dan hari ini bang jangankan ngejar cita-cita pengen punya rumah ajah keringet kita sampe ke bol-bol , dan itu tetep belum cukup, satu-satunya harapan logis punya rumah adalah nunggu warisan, Cuma selisih satu generasi bang dimana kemaren orang tua kita masih bertanya apa cita-cita kita, dan hari ini kita pas jadi orang tua pas anak kita pertama kali masuk sekolah kita udah kagak nanya apa cita-cita mereka. Lu tau kenapa bang, kenapa kita nggak tanya apa cita-cita anak-anak kita...?!!!!

Lu mau tau jawabanya bang?!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline