Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Farid

Pegiat Literasi

Hijrah, di antara "Bully" dan "Istikamah"

Diperbarui: 27 Desember 2018   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto. Hijrah (Farid)

Kisah bergeraknya manusia menjadi lebih baik dari masa lalunya, dan konsisten menjalaninya menjadi harapan setiap insan. Namun kerap terjadi, lingkungan sekitar seakan "tak rela" melihat perubahan itu.

Sepulang dari aktivitas akhir pekan, menembus dinginnya malam yang tak biasa. Mungkin dengan menyeruput kopi, bisa menghangatkan tubuh ini.

Sambil menikmati kopi, bisa memandang orang lalu lalang dari dalamnya. Tiba-tiba ada yang menyapa dan melambaikan tangan dari luar.

"Boleh aku ngopi di sampingnya bro?", "silahkan bro", jawabku. Kami mulai ngobrol tentang aktivitas masing-masing di kota ini dan akhirnya masuk ke edisi "curhat".

"Move on" dari zaman "jahiliyah", akhirnya menjadi topik diskusi kami. "Bro, semua jenis dosa telah kulakukan. Tersisa hanya menghabisi nyawa orang yang belum kulakukan", pengakuannya.

Dia menyampaikan, betapa besar hasratnya untuk berubah jadi orang baik. Namun kawan-kawannya masih saja "nggak rela" ditinggalkan.

Selain itu, orang-orang disekitarnya yang tahu tentang masa lalunya. Tetap saja nggak percaya bahwa dia telah berubah, bahkan ada beberapa orang yang masih saja "membully".

"Bro, aku nggak bisa terima keadaan ini", keluhnya. Dia telah berusaha semampunya menjadi orang baik. Namun masyarakat seolah tak mau menerima kenyataan dan masih menganggap bahwa dia tetaplah pribadi yang dulu. Bahkan ironisnya, masih ada yang tega menebar fitnah dan yang lainpun percaya tanpa pernah verifikasi kebenarannya.

"Yang sabar bro", aku menenangkannya. Ini bagian dari ujian sebuah proses, apakah kita sanggup melaluinya atau gagal. Istikamah atau kembali ke masa lalu?.

"Yang penting perubahan ini, untuk kembali ke jalanNya. Bro, sudah menginsyafi kesalahan di masa lalu. Tobat dan berikhtiar menjadi orang baik. Saat ini, tetap jalani yang sudah "on the track". Berkawanlah dengan orang yang bisa menerima, memberi dukungan dan biarlah waktu yang akan buktikan kesungguhan bro".

"Abaikan saja fitnah, "bully" atau apapun itu yang resahkan jiwa bro. Biarlah Tuhan yang membuka pikiran dan hati mereka dengan "caraNya". Kalau bro butuh, temui aku setiap minggu ke-2 dan ke-3 di depan stasiun."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline