Lihat ke Halaman Asli

Ade Sutarya

Seorang Guru

Literasi dalam Pembelajaran

Diperbarui: 1 April 2021   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam kurikulum 2013 disyaratkan untuk memasukan budaya literasi dalam pembelajaran dan lingkungan sekolah.  Literasi dapat artikan membaca. Membaca dalam hal ini bukan hanya membaca buku seperti pada umumnya. Tetapi dalam hal ini literasi dimaknai sebagai literasi aktif bukan literasi pasif. Dimana literasi aktif adalah membaca yang dilanjutkan dengan memberikan informasi kepada orang lain, berbagi ide dan berkolaborasi dari hasil membaca.

Budaya literasi harus diterapkan dalam lingkungan pendidikan dan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Melalui kegiatan membaca peserta didik mendapatkan informasi baru dan dapat berkolaborasi untuk mengembangkan ide-ide baru. Budaya literasi di lingkungan sekolah dapat diterapkan dengan memberikan bentuk penugasakan kepada peserta didik, misalnya dengan memberikan tanggapan/catatan kecil/rangkuman dari hasil membaca, dan hasilnya diberikan kepada guru atau memberikan wadah kepada peserta didik untuk berekpresi seperti Majalah Sekolah atau Majalah Dinding. Dengan demikian peserta didik dituntut tidak hanya membaca tetapi harus menuangkan pikiran ke dalam bentuk tulisan dari hasil membaca. Dan untuk mendukung Gerakan Literasi Sekolah diperlukan kerjasama dari semua pihak terkait di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik akan menjadi sangat senang membaca. Budaya literasi bukanlah suatu proses yang mudah untuk diterapkan, tetapi tidak susah untuk dilaksanakan asalkan ada kesungguhan hati dari pemangku di sekolah.

Budaya literasi dalam proses pembelajaran pun harus diterapkan. Pada kegiatan inti pembelajaran peserta didik dapat menerapkan budaya literasi dalam mengumpulkan sumber informasi dalam diskusi kelompok. Literasi tidak hanya bersumber dari buku, tetapi bisa juga literasi dari teknologi, yaitu memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi. Hasil dari mencari informasi kemudian didiskusikan bersama kelompok dan dikomunikasikan di depan kelas. Sehingga budaya literasi dapat diterapkan dengan baik, yaitu literasi aktif dan bukan literasi pasif.

Untuk mendukung literasi di sekolah dibutuhkan sarana dan prasarana yang baik, sudah tentu sekolah harus membuat perpustakaan yang terdiri dari berbagai macam koleksi buku. Pun di dalam kelas dapat pula dibuatkan perpustakaan mini sehingga memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan sumber informasi dengan sangat cepat dan efisien.

Dengan berkembangnya teknologi informasi pihak sekolah dapat menerapkan perpustakaan digital, dimana sebagian buku yang dibuat dalam bentuk digital dapat dimasukkan ke dalam perpustakaan digital. Semua buku, artikel, bahan ajar, modul pelajaran pun dapat  dimasukkan ke dalam server untuk dimasukkan ke dalam perustakaan digital.

Selain itu sekolah dapat membuat pojok baca, dimana disetiap sudut sekolah disediakan taman atau tempat membaca (perpustakaan outdoor) agar peserta didik dapat membaca di suasana yang menyenangkan.

Dengan demikian jika membaca sudah menjadi kebiasaan maka budaya literasi akan tercipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline