Lihat ke Halaman Asli

ADE SETIAWAN

TERVERIFIKASI

Kepala Puskeswan Pandeglang

Tradisi Jelang Lebaran, dari "Nganteuran" ke Bingkisan Lebaran

Diperbarui: 2 April 2024   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hampers Lebaran (Dok. Shutterstock/nikkytok) 

Lebaran atau Idul Fitri sebentar lagi. Seluruh keluarga muslim di kampung kami mulai sibuk mempersiapkan bahan olahan berbagai masakan khas Lebaran seperti semur daging, anguen lada, dan gemblong

Ya, merayakan Lebaran di kampung kami, kurang afdol tanpa ketiga menu wajib tersebut.

Tak heran, menjelang lebaran, hewan kerbau banyak dicari di kampung-kampung.

Biasanya kerbau dibeli secara patungan (iuran), atau warga setempat menyebutnya matung.

Nantinya, sehari menjelang Lebaran, biasanya warga berkumpul dan bersama-sama memotong kerbau, mengulitinya dan memotong daging untuk kemudian dibagikan secara merata pada warga yang matung

Begitu juga dengan beras ketan sebagai bahan utama pembuatan gemblong atau uli ketan (nasi ketan yang ditumbuk).

Gemblong baik yang dibakar (gegemblong), dicocol ke kuah semur daging kerbau, adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari budaya warga setempat saat menjelang dan saat lebaran.

Maka tidak heran, jika hal itu tidak dilakukan, seperti ada sesuatu yang kurang.

Sementara semur daging kerbau, yang merupakan pasangan dari gegemblong, yakni hidangan daging rebus yang diolah dalam kuah kental berwarna coklat pekat yang terbuat dari kecap manis.

Nah, gegemblong yang dicocol ke kuah semur daging kerbau ini, hanya ada saat menjelang dan saat lebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline