Lihat ke Halaman Asli

Adelia TriEka

Pengelana

Kujual Cintaku Sebanyak Takdir Menyiratkan Kematian

Diperbarui: 23 Januari 2020   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: flowerweb.com

Sore yang terlampau air mata ketika wajah Aljero datang memenuhi seluruh bagian dalam hidupku tiba-tiba. Padahal aku hanya sebatas mengagumi dari kejauhan saja, namun entah mengapa dia membayang-bayangi sepi, saat kegelapan hari seolah-olah begitu cepat tumbangnya untuk berganti dengan pagi hari. 

Mata masih mengantuk, saat ibu datang ke dalam kamar, membangunkan tubuh yang masih ingin menikmati betapa empuknya ranjang baru yang dihadiahkan oleh Paman Ra untuk ulang tahun ibu. Entahlah mengapa tiba-tiba mereka begitu perhatian, padahal semenjak ayah pergi biasanya mereka tidak pernah seperhatian ini.


"Jois, lekaslah bangun! Bukankah hari ini kau akan segera menikah? Lihatlah ke ruang tamu, para perias pengantin sudah berdatangan dan menantikan dirimu."

"Tapi aku sedang malas bangun! Baru beberapa menit saja bisa tertidur."

"Jois, lekaslah mandi!"

Aneh hari ini ibu nampak begitu galak dan memuakkan sekali, sampai-sampai berteriak seolah-olah dunia akan segera kiamat.

"Jois lekaslah bangun!"

"Iya iya, baiklah."

Bergegas mandi dan menemui para perias. Sepintas melihat ibu sudah cantik, bahkan semua orang hampir-hampir saja tidak percaya kalau dia sudah mempunyai empat orang anak yang sudah usia dewasa. Kecantikannya membuat mereka berdecak kagum.

"Dia lebih cantik dariku." Kata salah satu perias.

"Sudahlah jangan bergosip ria! Semua wanita itu cantik, apalagi jika hatinya lebih murni. Pastinya dialah bidadari."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline