Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Pendidikan Alternatif yang Naif

Diperbarui: 30 Mei 2016   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceria Usai Menanam Bakau

Sebuah pemandangan yang tak lazim: anak-anak berseragam Taman Kanak-Kanak mengusung batu-batu kecil di jalanan yang berlubang. Batu-batu itu diturunkan dari truk. Panas matahari tidak menghalangi keceriaan anak-anak di sepanjang jalan yang berlubang-lubang. Mereka berlari-lari menuju truk pengusung batu, menunggu giliran berikutnya untuk mengangkut batu-batu kecil.  

Apa yang sedang mereka lakukan? Anak-anak TK itu terlibat dalam kegiatan bersama memperbaiki jalan dusun. Digagas oleh guru, wali murid, dan warga dusun mereka bersepakat, jalanan yang berlubang sekaligus berbatu-batu, tidak boleh dibiarkan begitu saja. Para guru TK Harapan Bajulmati turun tangan melakukan “perbaikan” jalan. Harap dicatat, mereka sedang tidak memperkerjakan anak. Para guru, melibatkan siswa karena sejak awal berdiri TK Harapan Bajulmati teguh memegang prinsip bahwa sekolah tidak boleh tercerabut peran dan fungsinya dari lingkungan.

TK Harapan Bajulmati berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Harapan Bajulmati. Dipandegani oleh Shohibul Izar dan Mahbub Junaidi, pengabdi dan pendidik yang me-waqaf-kan hampir seluruh hidupnya untuk pengembangan pendidikan di dusun terpecil Kabupaten Malang selatan.

TK yang teramat percaya diri di tengah keterbatasan semua hal untuk bertekad tidak takluk oleh keadaan. “Fasilitas terbatas, kualitas kelas atas,” demikian tekad Mahbub Junaidi. Bagi sebagian orang yang memuja pendidikan mahal dengan mengandalkan tumpukan fasilitas mewah, tekad itu terasa riskan. Naif bahkan.

Bagaimana tidak? Jangankan untuk sebuah bangunan yang layak disebut sekolah, fasilitas publik seperti jalan dusun, mereka bergugur gunung mengatasinya secara gotong royong.

Beraksi dalam

Jalan lintas selatan yang menghubungkan pantai Sendangbiru sampai pantai Balekambang Malang selatan, yang melewati wilayah dusun Bajulmati, terbilang sangat istimewa. Namun tidak dengan jalanan yang memasuki dusun. Kontradiksi layanan publik seperti itu tidak cukup diomongkan, didiskusikan, diperdebatkan. Jalan akan tetap berlubang dan makin berlubang-lubang saat musim hujan datang.

Maka, para guru, siswa, dan warga bergerak dalam satu tekad yang sama: kita harus berdaya dan memberdayakan diri. Anak-anak yang bersekolah di TK Harapan Bajulmati dilibatkan dalam “proyek” gugur gunung itu karena justru anak-anak itu masih anak-anak. Apakah para guru dan warga bertindak kejam dengan melibatkan para bocah dalam kegiatan yang layak dikerjakan orang dewasa?

Tentu jawabnya, tidak. Tidak ada kekejaman di sana. Justru yang hadir dan terjadi adalah kepedulian. Bahwa pendidikan harus peduli dan terlibat aktif menawarkan solusi bagi dinamika problem lingkungan di dusun Bajulmati, bukan slogan dan omong kosong. Anak-anak TK Bajulmati sengaja dilibatkan karena sejak awal pendidikan di dusun paling selatan kabupaten Malang itu berkomitmen terhadap guyub rukun komunitas.

Anak-anak TK diajak langsung ke lokasi perbaikan jalan lalu bergugur gunung sesuai dengan kemampuannya. Pesan edukasinya adalah tembok pembatas kelas bukan penghalang untuk terus belajar. Alam dan lingkungan merupakan sumber belajar yang melimpah dan menantang.

Keterlibatan warga TK Harapan Bajulmati terhadap aksi pemberdayaan lingkungan bukan sekali ini saja. Secara berkala mereka rutin menjaga kelestarian hutan bakau di sepanjang garis pantai dan muara. Shohibul Izar, salah seorang pengabdi dan penggiat pendidikan di Bajulmati melakukan pembibitan tanaman bakau. Proses pembibitan pun melibatkan guru dan siswa TK Harapan Bajulmati.

Yang menarik adalah ketika para tamu berkunjung ke dusun Bajulmati, penanaman bibit bakau menjadi “menu” wajib. Mereka bersusur sungai menuju lokasi penanaman. Di tengah perjalanan, dengan menggunakan perahu sampan, Shohibul Izar menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari para tamu. Sebuah konsep wisata yang semata bukan untuk bersenang-senang melainkan ditanamkan pula nilai edukasi lingkungan dengan aksi nyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline