Syahdan disebuah negeri gemah ripah loh jinawi yang diperintah seorang diktator selama lebih 30 tahun, sang diktator mempunyai putri sulung yang digadang-gadang dapat melanjutken dari pada pemerintahan dari pada ayahnya untuk menjadi daripada persiden.
Untuk itu sang putri sulung ingin menimba ilmu pada para pemimpin wanita dunia, dari sekian banyak pemimpin wanita, yang dipilih sebagai advisor adalah Benazir Bhuto, perdana menteri Pakistan di jaman itu.
Maka berangkatlah sang putri sulung ke negeri Benazir Bhuto, Pakistan.
Atas permintaan sang putri sulung, Benazir memberi resep yang harus dilakuken agar putri sulung dapet segera menjadi persiden daripada negaranya.
Benazir : " adikku, engkau harus mengenakan kerudung yang seperti aku" , mendapetken resep yang simpel, putri sulung pamit pulang denagan hati ber-bunga2.
Sesampai di istana ayahnya, serta merta putri sulung langsung mengenaken kerudung persi plek dengan yang dikenaken dari pada guru nya, yaitu kerudung yang bagian jidat sengaja dibuka, menampakkan rambut jambulnya .
Beberapa tahun putri sulung dengan pede bepenampilan khas seperti gurunya, perusahaan miliknya maju, proyek jalan tol pun ada di mana2.
Namun entah sebab apa, tahu2 di tahun ganjil genap terjadi gonjang ganjing di negerinya, sang ayah yang enak2 sudah jadi presiden selama 32 tahun itu, lha kok malah dilengserken oleh rakyatnya. Rakyat yang selama ini manut karena takut pada rezim ayahnya, ndak tau kenapa ujuk-ujuk hari itu menjadi seperti mendapetken keberanian melawan presiden yang kemarin2 sangat ditakutinya itu. Atas kemauan rakyat, sampai masa pemilihan presiden berikutnya sang ayah digantiken oleh seorang teknolog handal yang sebelumnya jadi wakil daripada presiden.
Singkat cerita, di negara ini kemudian dilakuken pemilihan presiden, yang temtunya putri sulung ikut serta dengan partai baru yang hebat dibantu pangsiyunan jendral sekaligus mantan panglima perang ayahnya. Dalem pemilihan itu, partai sang sulung kalah telak, dan yang jadi presiden malah orang dari patai lain.
Mendapetken kekalahan seperti itu, putri sulung geregetan, hati gundah gulana. Maka kembali dia menghadep gurunya, Benazir Bhuto untuk mohon petunjuk sekaligus komplain karena resep yang pernah diberikannya tidaklah manjur baginya.
" Mbak Bhuto, kurang apalagi adikmu ini sehingga resep mbak yang lalu malah menyebabken daripada ayahku lengser, ser ser ser, serta aku kalah dan tidak bisa menjadi presiden daripada negeriku ", protes putri sulung sambil menangis tersedu sedan.