Lihat ke Halaman Asli

Abu Al Givara

Hanya Menulis, Bukan Penulis

Otokritik Gusdur, PMII Harus Merefleksi Dirinya

Diperbarui: 5 Juni 2020   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imstagram @Berita PMII

Otokritik Gusdur harus menjadi refleski untuk kita bahwa di era pembangunan"isme" neoliberal ini, kader-kader PMII perlu membaca bagaimana permasalahan pembangunan kita yang terus berlangsung hari ini.

Apakah pembangunan yang kita hadapi hari ini sejalan dengan nilai-nilai keindonesiaan kita yang heterogen ataukah justru menjadi instrumen modernisasi yang homogen yang justru merusak tatanan nilai keragaman bangsa kita.

Jika pembangunanisme hari ini justru membawa bangsa kita pada keranjang sampah persoalan, maka harus ada upaya untuk merumuskan corak berfikir pembangunan alternatif ditengah kegagalan proyek pembangunanisme yang justru memporak-porandakan kearifan tradisi, kemanusiaan dan keragaman kita ini.

Perlu usaha serius dari kader-kader PMII untuk membuktikan kepada Almarhum Gusdur bahwa kita tidak menutup mata terhadap persoalan dihadapan kita, kita tidak gagap membaca dinamika sosial dan permasalahan yang mengitarinya, dan kitapun bisa merumuskan gagasan yang benar sesuai harapan Gusdur, tentu dengan gagasan yang terprogramatik dalam agenda gerakan kita, bukan sebatas gagasan-gagasan ideal yang mengawang-ngawang yang hanya melayang-layang dilangit dan tak bisa di bumikan.

Pembuktiannya bisa kita memulainya dari membuka ruang diskursus tentang teori sosial secara umum dan juga gagasan para pendahulu yang didialogkan dengan kondisi kekinian atau literasi sejarah yang dikisahkan oleh para ulama dan intelektual Nahdliyin.

Pembacaan ansos juga penting untuk mengawalinya. Ada banyak kisah-kisah dan gagasan yang sudah dituangkan oleh para ulama dan pendahulu kita. Tinggal kita yang menggalinya dan menghidupkannya kedalam ruang-ruang keilmuan yang lebih masif lagi.

Selain itu, yang sangat penting juga oleh kader kader PMII adalah keterbukaan didalam berdialektika dengan berbagai komponen gerakan perlu dilakukan untuk memahami kompleksitas persoalan banga kita dari berbagai sudut-pandang, bersentuhan dengan berbagai gagasan dan tentu lebih memaknai keragaman sebagai kekuatan yang lebih nyata.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline