Lihat ke Halaman Asli

M. Abrori Riki Wahyudi

Jika menulis adalah nafas, maka membaca adalah udaranya

Puisi: Waalaikumsalam, Dik

Diperbarui: 30 Mei 2022   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adikku, saat kau pamit berangkat ke penjara suci, sebenarnya hati ini tak rela. Namun hal itu jalan yang terbaik untukmu.

"kaule mangktta pon"  kata itu tampil di hp ku. Melihat notif itu, aku bergegas membalas chatmu "Engki..... Ngasteteh, Semangat..." balasku seolah-olah aku baik-baik saja dan membiarkan mu berangkat dengan damai.

Tak sampai tiga puluh detik kau membalasnya "Engghi makasih, Dadaaa" disertai emut lambaian tangan, seraya kau membari pesan bahwa kau tak akan bisa video call disepertiga malam, seperti malam-malam sebelumnya.

"Engki... Siap, Daaaa..." balasku dengan cepat.

"iya dah, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam", salam terkhirmu masih kuingat. Dan aku heran, diksi salam itu bisa menciptakan rasa rindu, dan hingga kini aku belum sembuh dan selalu mengingat salam itu.

Sepertinya aku tak bakal pernah sembuh mengingatmu, dik.

Sumenep, 13 Mei 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline