Lihat ke Halaman Asli

Sabri Leurima

Ciputat, Indonesia

Puisi | Problem Negara +62

Diperbarui: 23 Januari 2020   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di lampu merah seorang balita dikorbankan ibunya untuk meminta-minta. Ada harapan dan kesedihan menerpa mereka antara siang dan malam. Sementara di balik megahnya tembok rakyat para politisi asyik bermain lidah dalam ranjang keburukan.

Tuangala e, papeda masih terbungkus daun pisang dan ikan asap
Santap, santap sampai keringat mengalir di bukit kesadaran
Para sarjana sibuk mencari kerja
Padahal kuota cuman terbatas apalagi mengharapkan jadi PNS
Hmm, sungguh aduhai.

Dunia modern terisi batu-batu sandiwara
Konten berdaya rendah sangat disukai anak-anak
Konten yang mendaya saing di-dislike
Aduh..berkeinginan nostalgia tapi waktu tidak bisa diputar ulang.

Mereka bersimpatisan melawan, kelak kalah dalam bayang-bayang ingatan. Senja tidak memberikan perubahan hanya payung hitam berjejer rapi di depan istana
Negara +62 sangat disayangkan menerapkan prinsip kebal hukuman
Aku tidak ingin mati di depan meja sidang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline