Lihat ke Halaman Asli

AbieLabieba

Belajar sebagai cara hidup

Produktivitas Tindakan dari Kesadaran Mekanis Menuju Otonom

Diperbarui: 2 Mei 2021   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS TINDAKAN DARI KESADARAN MEKANIS MENUJU KESADARAN OTONOM
(Sebuah rekonstruksi semangat pembelajar menuju kemerdekaan mengajar abad 21)

 .

Oleh: Habiburrahman
Guru SMA Negeri 1 Narmada

"Give me six hours to chop down a tree and I will spend the first four sharpening the axe." (Abraham Lincoln)

 

"Abi". Itulah panggilan akrabku sebagai salah seorang pengajar di salah satu Sekolah Menengah Atas di Nusa Tenggara Barat. Tepat di hari guru 2 Mei 2021 kali ini, Aku ingin bersedu sedan sebagai bagian dari kegelisahanku sebagai seorang guru selama ini. 

To the point alias langsung saja... Puncak kegelisahanku akhir-akhir ini bahwa; siswa-siswiku kurang memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap apa yang seharusnya mereka kerjakan. Bukan hanya urusan kebiasaan belajar, namun sesuatu yang tidak terkait dengan mata pelajaran sama sekalipun mereka tidak mengerti apa yang seharusnya mereka lakukan setiap hari bahkan setiap waktu dari keseluruhan aktifitas mereka. 

Entah pada saat sekolah maupun ketika berada di luar sekolah. Tidak heran bila hampir semua tugas dan pembelajaran apalagi dimasa pandemic Covid-19 ini mereka hanya melakukannya dengan sekenanya saja.

Anak didikku belajar hanya ketika menjelang ujian saja, pekerjaan dan tugas-tugas yang kuberikan diselesaikan menjelang batas akhir waktu, bahkan beberapa tidak pernah menggubris tugas-tugas yang pernah diberikan selama satu semester sebelum ujian. Tugas-tugas hampir tidak dimulai-mulai. 

Hasilnya...? Tugas-tugas jarang bisa dilakukan dengan kegembiraan dan penuh semangat. Kesungguhan bukanlah ciri dari aktivitas keseharian mereka. Semangat dan gairah hanya muncul dalam aktifitas-aktifitas lain selain tugas-tugas yang seharusnya menjadi prioritas yang harus mereka kerjakan.

Tentu sikap anak didikku ini bukan disebabkan karena kesengajaan. Kekurangsungguhan mereka lahir sebagai akibat kekurangmampuan mereka dalam membangun kehadiran diri dengan perhatian dan konsentrasi yang diperlukan sesuai dengan tugas-tugas yang mereka hadapi.

Sebenarnya, kekurangsungguhan dalam artian sebagaimana yang mereka lakukan ini sejatinya terjadi pula pada aktivitas-aktivitas yang bersifat vertikal, sekalipun mungkin sangat jarang untuk diangkat sebagai isu serius apalagi menarik untuk diperbincangkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline