Kasus sambo sebagai mafia akhir terbuka karena Sambo diduga terlibat dalam kegiatan perjudian, penipuan, perdagangan manusia, narkoba, money laundry dan reputasinya telah tertanam di Polri terungkap melalui pembunuhan Brigadir J.
Para mafia melakukan tindak kriminal dengan metode yang tidak lazim dan sulit dideteksi oleh masyarakat biasa dan petinggi Polri. Hal ini karena aktivitas Sambo dan timnya yang mereka lakukan seolah normal-normal saja bukan?
Ketika ada suatu tindak kejahatan yang terkesan ganjal pada kasus kematian Brigadir J, maka masyarakat baru menyadari bahwa hal tersebut merupakan ulah mafia Sambo kerap terbayang akan sekelompok geng yang brutal dengan sederet tindak kriminalnya.
Pengungkapan motif pembunuhan Brigadir J belum secara resmi disampaikan Polri tapi desakan masyarakat mengenai isu sebutan geng mafia di tubuh Polri memiliki kekuasaan dan kewenangan yang cukup besar.
Geng mafia itu menurut Sugeng adalah Satuan Tugas Khusus (Satgasus) yang diketuai oleh Kadiv Propam nonaktif Ferdy Sambo seperti dikutip Tribunnews.com pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2022 dan 25 personel Polri diperiksa soal pelanggaran kode etik.
Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J berhasil membuka rahasia geng mafia di tubuh Polri memiliki kekuasaan dan kewenangan yang cukup besar pada bisnis haram baik perjudian online, prostitusi online, miras, obat-obatan illegal, hingga perzinaan Sambo.
Bisnis gelap atau haram Sambo sebagai mafia berbaju Polri diukur dari berapa banyak penjualan bisnis haram selama pelarangan. Sejak itu mafia selalu dikaitkan dengan perjudian, perdagangan manusia, money laundry, dan perdagangan narkoba disimpan di Indonesia ataupun luar negeri.
Mafia Polri memang hebat menyembunyikan harta kekayaan karena kata KPK mengenai tidak adanya laporan harta kekayaan Ferdy Sambo di LHKPN dikutip dari Kompas.com pada hari Kamis, 11 Agustus 2022. Waduh.. waduh.. masih aman uangnya.
Sambo berkecimpung dalam bisnis gelap atau haram memang menggiurkan karena harta dan kekayaan yang berlimpah menunggumu di sana demi mendapatkan uang, pangkat, dan memperluas 'wilayah kekuasaan kejahatan' di Indonesia.