Lihat ke Halaman Asli

Abdul Marindul

Penulis Lepas

Sulitnya Dapat Pelayanan RS Kanker di Indonesia

Diperbarui: 1 Juni 2019   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Tempo.co

Sulit sekali mencari dan mendapatkan pendampingan di RS Kanker di Indonesia. Pasien-pasien penyintas kanker semakin lama semakin banyak. Dalam era modern seperti saat ini, Indonesia butuh rumah sakit kanker.

Sayangnya, RS Kanker di Indonesia sangat terbatas. Keluarga yang hidupnya pas-pasan pun juga hanya bisa berpasrah menerima nasib. Semoga saja setelah dua atau tiga bulan menunggu antrian, saudara yang terkasih masih bisa bertahan dan kanker tidak naik stadiumnya.

Ini adalah jeritan suara hati para keluarga pasien penyintas kanker. Kalau banyak uang, tentulah sudah berobat ke luar negeri. Biasanya, para pasien kanker harus menunggu dua atau tiga bulan agar mendapatkan giliran pengobatan di RS yang ada di Indonesia.

Rekomendasi pun muncul di RS Dharmais, yang sudah penuh. RS Dharmais menjadi satu RS yang sudah modern. Kalau bicara kanker stadium tertentu, itu adalah angka, yang tentu bisa ada di angka berapa saja. Akan tetapi, ini bukan bicara sembuh atau tidaknya. Tapi ini berbicara mengenai keberadaan keluarga yang bisa mendampinginya.

Kalau ke luar negeri, siapa lah yang bisa menjenguknya? Ditemani satu dua orang kerabat terdekatnya pun sudah bersyukur. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana seorang penyintas kanker yang harus dirawat 24 x 7 di RS luar negeri. Pasangannya sulit menemaninya. Apalagi harus mengorbankan pekerjaan mereka.

Tapi berbeda jika di Jakarta, setidaknya dengan bahasa yang sama, paspor yang sama, mereka bisa sembari menemani pasangan tercinta, handai taulan yang dihargai, orang tua yang disayang, mereka bisa sambil mencari pekerjaan di ibu kota.

Berbicara tentang perbedaan ini, tentu membuat hati kita semua merasa masygul. Kita melihat bagaimana dua orang sudah pergi berpulang ke sang pencipta. Dua orang ini, adalah Ani Yudhoyono, yang sebelumnya adalah Arifin Ilham. Kedua orang ini adalah penyintas kanker.

Arifin Ilham dirawat di RS di Malaysia, kalau tidak salah Penang. Kalau Ibu Ani Yudhoyono di Singapura, kalau tidak salah di National University Hospital. Ini adalah sebuah hal yang kita paham betul. Mereka adalah orang yang mampu.

Banyak sekali pengalaman orang-orang yang saudaranya mengidap kanker, dan harus mengembuskan nafasnya yang terakhir, dan melihat perjuangan saudara-saudaranya atau pasangannya, dalam menghadapi kanker yang tidak bisa dilawan.

Yang paling penting ini bukan urusan kesembuhannya. Karena sampai saat ini kita harus sepakat bahwa belum ada penyakit kanker yang memiliki obat manjur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline