Lihat ke Halaman Asli

Washington Consensus, antara mimpi stabilitas ekonomi dan realitas krisis

Diperbarui: 27 April 2025   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Globalisasi, dalam berbagai bentuknya, telah mengubah wajah dunia secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu instrumen perubahan paling berpengaruh dalam era globalisasi ekonomi adalah Washington Consensus. Namun, apakah "resep" ekonomi ini benar-benar membawa manfaat seperti yang dijanjikan? Ataukah ia justru menjadi jebakan baru yang memperdalam ketimpangan dan ketidakstabilan sosial di negara-negara berkembang?

Tulisan ini mencoba mengupas Washington Consensus secara lebih dalam, memeriksa asal-usulnya, prinsip-prinsip yang diusung, implementasinya di berbagai negara, serta mengkritisi dampak nyata yang ditimbulkan.

Asal-usul Washington Consensus

Istilah Washington Consensus diperkenalkan oleh ekonom John Williamson pada tahun 1989. Meskipun terdengar seperti sebuah kesepakatan resmi, sebenarnya Washington Consensus tidak pernah diratifikasi atau ditandatangani oleh negara mana pun. Ini hanyalah istilah untuk menggambarkan serangkaian prinsip kebijakan ekonomi yang disepakati secara tidak resmi oleh lembaga-lembaga berbasis di Washington, D.C., seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank, dan Departemen Keuangan Amerika Serikat.

Sepuluh prinsip utama yang dirumuskan dalam Washington Consensus adalah:

  1. Disiplin fiskal

  2. Reorientasi pengeluaran publik

  3. Reformasi pajak

  4. Liberalisasi suku bunga

  5. Nilai tukar kompetitif

  6. Liberalisasi perdagangan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline