Lihat ke Halaman Asli

Abdul Aziz

Policy Communicator

Sang Mr. Clean

Diperbarui: 23 September 2018   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menkeu Mar'ie Muhammad memberi penjelasan dalam Raker Komisi APBN DPR-RI / Foto: Antara

Akhir tahun 2016, bangsa ini kehilangan salah satu sosok yang sangat berharga dan berjasa. 

Mar'ie Muhammad.

Mungkin bagi sebagian besar orang, Pak Mar'ie sudah sangat akrab di telinga, apalagi kalau bicara terkait masa-masa akhir era orde baru. Pun demikian, kiprahnya di dunia kemanusiaan dan transparansi juga sangat membekas.

Namun, saya melihat masih banyak para anak muda saat ini yang belum begitu mengenal sosok tersebut. Memang, belum ada buku biografi yang secara spesifik mengangkat jejak Pak Mar'ie, walaupun akhir-akhir ini beberapa orang dan organisasi yang pernah ia pimpin mencoba untuk membuat buku.

Menjadi kewajiban kita bersama lah yang mengetahui dan mengenal sosok beliau untuk ikut mengenalkan figur yang amanah, berintegritas, dan bersih tersebut kepada masyarakat yang lebih luas. 

Untuk tujuan komunikasi tersebut, berikut beberapa ulasan kisah heroik dan inspiratif beliau yang berhasil dikumpulkan dari orang-orang terdekatnya. Harapannya, Pak Mar'ie bisa menjadi teladan dan role model bagi kaum milenial. Tidak hanya generasi zaman now, namun juga generasi mendatang.

*** 

#1 

Menggagas Pondasi Integritas 

Terik matahari terus memancarkan sinarnya menembus kulit. Siang itu memang terasa panas. Hari itu di tahun 1989, sesosok tinggi kurus berkacamata tebal berjalan mondar-mandir di sekitar Komplek Cendana. Kawasan itu memang terkenal eksklusif karena dihuni oleh keluarga besar Soeharto.

Adalah Mar'ie Muhammad, Direktur Jenderal Pajak (DJP) 1988-1993, dengan berani mendatangi rumah Presiden Soeharto sembari membawa meteran atau pita ukur. Tanpa sungkan, ia sendiri memimpin langsung proses pengukuran luas rumah sang presiden. DJP memang sedang gencar-gencarnya mengumpulkan data kepemilikan aset rumah untuk penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Tak ada rasa sungkan ataupun kikuk pada diri sang Dirjen.

"Tak peduli presiden atau pun pengusaha, soal keharusan membayar pajak, tidak ada pengecualian. Paling tidak selama saya jadi Dirjennya," ujarnya saat memimpin DJP di awal-awal proses reformasi perpajakan sebagaimana dikutip dari Tempo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline