Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Haftar Hindari Tripoli Berdarah Lagi, Erdogan Terlambat?

Diperbarui: 15 Januari 2020   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi : Sumber BBC.com diedit dari beberapa sumber oleh penulis

Beberapa jam lalu Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki mengingatkan Jendral Khalifa Haftar pimpinan Libyan National Army (LNA) bahwa Turki tidak akan dapat menahan diri untuk memberi "pelajaran" jika ia terus menyerang Government Ntional Accrod (GNA). 

Pernyataan menyerang tersebut melengkapi pidato Erdogan beberapa saat sebelumnya yang mengatakan bahwa Libia adalah peninggalan dari kekaisaran Ottoman. "Kami memiliki anak-anak Kologlu disana dan kami akan membela mereka," ujarnya sebagaimana dikutip dari  sini.

Entah karena itu atau ada tujuan lainnya faktanya adalah dalam perang saudara jilid 2 ini Turki bersama PBB, Arab Saudi, Qatar, Somalia, Sudan, AS, Uni Eropa, Jerman, Itali, Inggris, Ukraina berada di posisi mendukung pemerintahan The Government of National Accord  atau Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) yang kini dipimpin Fayez al-Sarraj.

Sebagaimana pernah diulas di sini, pasca penggulingan terhadap pemerintahan Khadafi dibentuk Majelis Nasonal (GNC) yang menjadi cikal bakal terbentuknya GNA yang dibentuk pada 17 Desember 2015 melalui proses yang rumit melibatkan dewan PLA.

Sejak perang saudara yang resmi meletus sejak 17 Desember posisi GNA sedikit demi sedikit terjepit oleh LNA. Wilayah kekuasaan mereka semakin berangsur mengecil dan pertahanan kian melemah khususnya jelang akhir 2019.

Pada Desember 2019 pemerintah Turki memutuskan bantu GNA secara langsung yakni mengirimkan peralatan tempur dan tenaga tempur bayaran dari kelompok pemberontak Suriah dukungan Turki (The Syrian National Army atau SNA) yang terdiri dari beberapa faksi militan di dalamnya.

Entah bagaimana beberapa kelompok petempur bayaran SNA duluan dikirim ke pelabuhan di Tripoli dan beberapa lagi melalui bandara di kota Tripoli sebelum "persetujuan" parlemen pada 3 Janauri 2020. Beberapa bukti foto memperlihatkan kelompok SNA dari milisi Jaish al-Hur fi Libia telah tiba lebih dahulu sebelum persetujuan parlemen.

Setelah itu beberapa milisi lainnya seperti al-Mu'tasim Division, Sultan Murad Division, Suqur Al-Shamal Brigade and Al-Hamzat menyusul ke Tripoli. Meskipun pengiriman milisi satu negara ke negara lain termasuk tindakan kriminal dalam aturan PBB tetapi Turki atas berbagai dalih dan alasan mengirimkan milisi dan tentara bayarannya ke Libia.

Diperkirakan saat ini jumlah petempur bayaran Turki di Libia telah mencapai 1000 orang dan sebanyak 1600 milisi atau petempur bayaran lainnya sedang training menunggu keberangkatan. Sumber SHOR melaporkan dari berbagai informasi setiap petempur lapangan dibayar per bulan $2.000 dan sejumlah fasilitas.

Di sisi lain, jumlah petempur Turki yang telah jadi korban sebanyak 14 orang. Sepuluh tewas pertama telah dikirim kembali ke Turki pada 10 Januari 2020 lalu terdiri dari 7 petempur dari Al-Mutasem Division dan 3 petempur dari Sultan Murad Division. Sedangkan 4 petempur lain adalah yang tewas terkini (14/1/2020) dari faksi Al-Hamzat.

Tetapi bala bantuan Turki tampaknya terlambat beraksi karena posisi GNA kini terdesak di dalam kota Tripoli hingga ke arah pantai Tripoli. Beberapa kota masih tersisa adalah Zuwarah dan kantong kecil di perbatasan Tunisia seperti Abu Kamash, Bii'r Yahya dan lain-lain. Sedangkan kota besar Misrata terancam jatuh yang hanya berjarak 55 km dari pertahanan terluar LNA saat ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline