Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Menyikapi Susunan Kabinet di Dunia Maya

Diperbarui: 14 Juli 2019   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi : Investor Daily edisi 28 Oktober 2014. Diedit oleh penulis

Susunan kabinet pertama sekali dibentuk beberapa hari setelah kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Presiden Soekarno saat itu mengumumkan susunan kabinet pada 2 September 1945 dengan komposisi 21 orang menteri. 

Meski seumur jagung -karena pada 14 Nopember 1945 dibubarkan- susunan kabinet itu telah menoreh tinta sejarah sebagai susunan kabinet pertama presidensial di Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah perjalanan pemerintahan selanjutnya hingga saat ini (75 tahun kemudian) susunan kabinet pemerintahan Indonesia dikelompokkan dalam 5 tahapan, yaitu :

  • Kabinet Era Perjuangan Kemerdekaan (dari 2 September 1945 hingga 20 Desember 1945)
  • Kabinet Era Demokrasi Parlementer (20 Desember 1949 - 10 Juli 1959)
  • Kabinet Era Demokrasi Terpimpin (10 Juli 1959 - 6 Juni 1968)
  • Kabinet Era Orde Baru (6 Juni 1968 - 21 Mei 1998)
  • Kabinet Era Reformasi (21 Mei 1998 - Saat tulisan ini dibuat)

Pada era perjuangan kemerdekaan hingga berakhirnya era orde baru kita nyaris tak pernah mendengar adanya nama-nama bakal calon menteri yang beredar di koran, radio dan televisi apalagi di dunia maya karena pada saat itu belum ada fasilitais internet dan media sosial.

Sebut saja kabinet yang dibentuk mantan presiden Soeharto (maaf penulis tidak menggunakan istilah "Presiden ke 2 RI) pada 10 Juni 1968 yang disebut Kabinet Pembangunan 1 beranggotakan 22 Menteri. Sebelum ditetapkan sebagai Menteri nyaris ada yang berandai-andai menyebut si polan atau si polen sebagai calon Menteri ini dan itu. 

Bukan karena kuatir digaruk tapi karena warga -saat itu- belum punya cara menyampaikan gagasannya melalui media dengan tepat. Bahkan menjelang penunjukan Menteri pada era orde baru yang terakhir (Kabinet Pembangunan VII) juga belum terdengar ada daftar calon menteri menurut versi koran, radio dan televisi atau media massa pada saat itu.

Tampaknya ide membangun opini publik tentang seorang calon Menteri mulai terjadi sejak masa pemerintahan mantan presiden Abdurrahaman Wahid. Meski memerintah hanya 2 tahun saja, Gus Dur terkenal getol melakukan perombakan kabinet sejak membentuk kabinet pertamanya dengan "Kabinet Persatuan Nasional" pada 26 Oktober 1999. 

Idea atau gagasan itu dipicu oleh maraknya sikap sejumlah Menteri yang memilih mengundurkan diri. Ketika beberapa Menteri mengundurkan diri sejak saat itulah muncul idea-ide melalui media massa mencalonkan nama-nama unggulan calon menteri pengganti Menteri yang mengundurkan diri.

Setelah itu secara lambat tapi pasti masyarakat mulai terbiasa mengusulkan calon Menteri menurut versi masing-masing berdasarkan analisa dan alasan tertentu. 

Tujuannya adalah terjadinya pembentukan citra positif dan mempengaruhi pendapat publik serta menaikkan popularitas seseorang sehingga dapat dijadikan Menteri dimata para pengambil kebijakan atau keputusan.

Sebut saja pada masa pemerintahan mantan Presiden SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu (KIB jilid 1 dan jilid 2). Setelah Kabinet  KIB 2 terjadi resufle (perombakan kabinet) pada 18 Oktober 2011. Pada masa itu media internet mulai marak digunakan. Melalui aneka media massa kita telah terbiasa "disuguhi" informasi aneka nama-nama calon Menteri pengganti Menteri yang kena resshufle atau mengundurkan diri atau dibentuk dari awal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline